Sun. Apr 9th, 2023

kabaraku.com

Berita Terkini, Sinopsis Film Terbaru 21, Olahraga Sepakbola

Tips Kesehatan – Jika Anak Sinetron Style

2 min read

Ayah ibu yang sibuk bekerja dan anak-anak di rumah dengan pengasuh , sepertinya sudah hal wajar yang terjadi di kota-kota besar. Tapi ada baiknya orang tua hati-hati, bila Anda menitipkan anak pada sembarang orang, bisa saja anak menjadi sinetron style. Nutrisi serta stimulasi di awal kehidupan anak adalah kunci penting dalam pertumbuhan serta perkembangan otak anak. Keduanya tak dapat dipisahkan dan wajib seimbang.

“Jika orang tua hanya ngasih nutrisi tanpa stimulasi, maka jadinya seperti anak sinetron style, yaitu cantik ganteng tapi pas ditanya bingung. Dengan kata lain, full nutrition tapi otaknya masih kurang stimulasi,” papar Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA (K), selakunKetua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo/FK Unair Surabaya, dalam ‘Kunjungan Media ke R&D Centre Nutricia Singapore’, Helios Building, Biopolis Street, Singapura, seperti yang ditulis Jumat (13/12/2013).

dr Wawan juga menjelaskan, sel otak berhubungann dengan jaringan penghubung yang dinamakan dengan sinaps. Jumlah sinaps terbentuk akan menentukan kecepatan dalam proses berpikir anak. Nah, sinaps ini akan terbentuk ketika anak mendapatkan pengalaman yang bersifat sensoris.

Pengalaman sensoris bisa didapatkan dengan stimulasi rangsangan. Bila stimulasi dilakukan dini dan berulang, maka sinaps menjadi semakin kuat. Tetepi, bila tak pernah mendapatkan rangsang, sinaps menjadi mati selamanya. ‘Use it, or lose in forever!’

“Anehnya, ibu-ibu pekerja justru senang jika nelpon pengasuh dan dijawab anaknya tidur. Kalau anak kebanyakan tidur, maka no experience. No experience, no sinaps. Otaknya kurang dirangsang. Jangan senang jika anak kebanyakan tidur,” seru dr Wawan. Menurut dr Wawan, stimulasi dibutuhkan dalam proses perkembangan otak sedang cepat-cepatnya, yakni pada usia 0-2 tahun berlanjut sampai 6 tahun. Mulai dari kemampuan melihat serta mendengar, lalu kemampuan bahasa dan berbicara, sampai kemampuan kognitif kecerdasan.

Synaptogenesis terkait stimulasi periode kritis (usia 0-2 tahun). Pertama, rangsang kemampuan dalam dan mendengar, dengan memberi senyum juga diajak bicara. Kemampuan melihat mendengar berlanjut ke kemampuan bicara dan bahasa. “Anak tak akan terlambat bicara jika tidak ada gangguan pada pendengaran. Kemampuan mendengar dan bahasalah yang lalu menjadikan anak cerdas. Jika anak kurang rangsangan ya jadinya anak sinetron style,” tutup dr Wawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *