Kesehatan – Tangani Hepatitis B dan C Dengan Baik
2 min readHepatitis B serta C yang kerap disebut dengan ‘sakit kuning’ ataupun ‘sakit liver’ merupakan penyakit infeksi hati oleh virus hepatitis B (HBV) serta virus hepatitis C (HCV). Sementara virus hepatitis B dapat menular lewat cairan tubuh semisal darah, mani, serta cairan vagina; dan untuk virus hepatitis C dapat meular lewat kontak/hubungan dari darah ke darah. Pada jangka yang panjang, maka hepatitis B serta C dapat menjadi kronis serta mengakibatkan rusaknya hati, kanker hati, pengerasan hati (sirosis), bahkan berujung pada kematian.
Para penderita hepatitis B maupun C kerap tak menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi bertahun-tahun sehingga kondisinya makin memburuk, lantaran 7 dari 10 kasus tentang hepatitis B dan C ini tak menampilakn gejala. Maka dari itu, hepatitis B serta C dapat dapat dengan mudah menyebar tanpa sengaja, seperti halnya lewat peralatan yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari semisal pisau cukur, gunting kuku, serta sikat gigi. Peralatan ini kerap saling dipinjamkan satu sama lain, maka menjadi rentan penularan hepatitis B maupun C.
Gunting kuku contohnya, ketika dipakai seorang penderita hepatitis B ataupun C, terjadilah kontak darah dan terkontaminasi virus hepatitis B dan C yang mana bukan tidak mungkin juga bisa menularkannya pada orang yang lain. Keberadaan dari virus hepatitis B serta C bisa diketahui sejak dini lewat pemeriksaan laboratorium, yakni Anti-HBs dan HBsAg terhadap virus hepatitis B serta Anti-HCV terhadap virus hepatitis C. cek laboratorium ini amat dianjurkan, utamanya bagi mereka yang berisiko diantaranya:
Mempunyai keluarga yang terinfeksi hepatitis B/C, yang mengidap penyakit hati/kanker hati.
Pernah melakukan hubungan seks bersama pasangan terinfeksi hepatitis B/C.
Pernah lakukan transfusi darah namun prosedur medis tak steril.
Memakai obat-obatan injeksi serta pernah berbagi alat bersama orang lain.
Pernah berbagi atau memakai pisau cukur maupun sikat gigi dengan orang lain.
Bila hasil pemeriksaan menunjukkan non reaktif alias negatif, maka segera cegah penularan, dan lakukan gaya hidup yang sehat, kenalilah faktor resiko atas infeksi, proteksi diri menggunakan vaksinasi serta periksa keberhasilannya. Bila hasil pemeriksaan dari reaktif menunjukkan positif, konsultasikan pada dokter demi mendapat pengobatan dan pemeriksaan lanjutan guna pemantauan selama juga setelah terapi agar pengobatan menjadi lebih efektif lagi.