Kabar Internasional – Robert Mugabe Pimpin Zimbabwe Melalui Rumah Sakit

Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe telah melakukan perjalanan untuk yang ketiga kalinya ke Singapura untuk melakukan perawatan medis. Hal tersebut telah mendorong tuduhan bahwa presiden berusia 93 tersebut memerintah negara yang dia pimpin melalui tempat tidur rumah sakit.

Mugabe dilaporkan telah terbang ke negara tersebut pada hari Jumat (8/7), yang mendorong Partai Zanu-PF yang berkuasa untuk membatalkan reli pemuda yang dijadwalkan dihadiri, menunjukkan bahwa perjalanan terakhirnya tidak direncanakan. Seroang menteri mengatakan kepada surat kabar Standard bahwa itu adalah kunjungan pribadi.

Singapura secara harfiah merupakan rumah untuk presiden tersebut saat ini, salah satu juru bicara partai oposisi yang mengatakan kepada media Zimbabwe, sementara yang lain mengatakan: “Negara ini stagnan pada hari ini karena presinden Zanu menjalankan pertunjukan tersebut dari tempat tidurnya di rumah sakit.”

Mugabe, pemimpin tertua Afrika, menghabiskan dana lebih dari 50 juta dolar AS untuk perjalanan ke luar negeri pada tahun lalu, lebih dari dua kali lipat jumlah yang dialokasikan untuk meningkatkan rumah sakit dan pusat kesehatan negara tersebut, menurut data dari perbendaharaan Zimbabwe. Pada tahun yang sama, 30 juta dolar AS dialokasikan unttk parlemen dan 32 juta dolar AS untuk kementerian luar negeri.

Istrinya, Grace Mugabe, mengatakan bahwa dia harus menjalankan sebagai mayat, pada pemilihan berikutnya jika dia meninggal sebelum dia dapat melawannya. Dia telah mengajukan diri untuk mendorongnya berkeliling dengan menggunakan kursi roda jika perlu, sementara Mugabe sendiri mengatakan bahwa dia ingin hidup hingga usia 100 tahun dan memerintah seumur hidup. Zanu-PF telah mendukungnya sebagai kandidat mereka untuk pemilihan tahun 2018 mendatang.

Mugabe, merayakan ulang tahunnya yang ke 92 tahun pada bulan Februari dengan kue seberat 93 kilogram, merenung dalam pidato yang artinya masih hidup saat banyak orang di zamannya telah pergi.

“Kadang-kadang saya mendengar bunyi suara yang berkata; ‘Saya bersyukur kepada Tuhan dan berkata ‘Saya menerima untuk berada di sisi-Nya’,” katanya.

Ketika Mugabe mulai berkuasa pada tahun 1980, setelah Zimbabwe memenangkan kemerdekaan dari Inggris, orang-orang Zimbabwe menganggapnya seabgai tokoh pembebasan yang heroik, dan Margaret Thatcher pergi dari menolak untuk berbicara dengannya untuk minum wiski bersamanya di Downing Street.