Berita Internasional Teraktual – Erdogan Menampar DK PBB Lewat Pidatonya

Melalui pidatonya yang menggelegar, Presiden Turki Reccep Tayip Erdogan menyindir negara Barat dalam agenda pembukaan B20 (forum bisnis negara-negara G20) di Ankara, pada Kamis (3/9). Pidato itu ia sampaikan usai ditemukannya jenasah balita pengungsi Suriah pada pantai Bodrum di Turki kemarin. Ia mengatakan bahwa Barat tak cukup sensitif dalam menanggapi permasalahan di Timur Tengah, utamanya pada konflik Suriah serta Irak. Hal ini, lanjut dia, memicu gelombang pengungsi jutaan orang di negara tetangga memakai perahu seadanya melawan kejamnya Laut Mediterania.

“Mediterania, pusat peradaban kuno saat ini jadi makam imigran. Barat bertanggung jawab terhadap tiap kematian ini. Kemarin, bocah 3 tahun meninggal lalu terdampar, kemanusiaan wajib bertanggung jawab,” tegas Erdogan. Ia juga mengatakan masalah ini merupakan hasil dari kegagalan sistem keamanan dunia, atau dengan kata lain Dewan Keamanan PBB gagal dalam membuahkan resolusi demi mengecam kekuasaan Bashar al-Assad yang menghabisi warga Suriah.

Resolusi Suriah memang selalu saja terhenti di DK PBB usai satu dari 5 anggota tetapnya melakukan veto. Struktur anggota tetap DK PBB sudah lama dikritik sejumlah negara lantaran tak lagi mewakili keadaan geopolitik saat ini. Sistem anggota tetap dari DK PBB yang terbentuk usai Perang Dunia II itu terdiri atas Amerika Serikat, Rusia, Inggris, China dan Perancis. Reformasi untuk DK PBB sudah lama disuarakan, namun tidak mudah dilakukan lantaran dominasi negara Barat terhadap PBB terlalu kuat. Erdogan mengatakan bahwa nasib dunia tak mungkin lagi hanya bergantung pada 5 negara tersebut.

“Dunia ini lebih dari sekedar 5 negara saja. Takdir dari 200 negara tak boleh ada di tangan 5 negara ini saja. Kita wajib mengangkat permasalahan ini. Media pasti akan mengkritik kami. Saya tak peduli. Saya tetap akan membela kebenaran,” kata dia dan disambut dengan tepuk tangan hadirin. Erdogan juga sempat mengkritisi sejumlah negara yang tak mau menerima imigran Suriah dari ancaman pembunuhan serta kelaparan. Ia mengatakan, kemanusiaan sudah tenggelam bersama karamnya kapal pengungsi yang sudah ditolak negara Eropa.