Kabar Internasional – Myanmar Bakar Desa Rohingya Setelah Kesepakatan Pengungsi

Gambar satelit menunjukkan bahwa puluhan desa Rohingya dibakar minggu ini. Ketika Myanmar menandatangani sebuah kesepakatan dengan Bangladesh untuk memulangkan ratusan ribu pengungsi, Human Rights Watch telah mengklaimnya.

Bukti bahwa desa-desa masih mengalami kerusakan pada akhir tanggal 2 Desember bertentangan dengan jaminan oleh pemerintah Burma bahwa kekerasan telah berhenti dan Rohingya dapat kembali ke Myanmar dengan selamat, kata badan pengawas tersebut.

Bangladesh dan Myanmar menandatangani sebuah kesepakatan pada tanggal 23 November untuk memulai proses pemulangan sekitar 655.000 pengungsi yang melarikan diri dari Myanmar dalam empat bulan terakhir.

Tentara, polisi, dan milisi Birma telah dituduh meruntuhkan ratusan desa, memperkosa wanita dan anak laki-laki dan membunuh tanpa pandang bulu, di mana AS telah memberi label kampanye pembersihan etnis. Pejabat Burma mengklaim bahwa laporan kekerasan tersebut dilebih-lebihkan dan sebagian besar dilakukan oleh gerilyawan Rohingya.

Pemulangan pertama berdasarkan kesepakatan tersebut dijadwalkan pada bulan Januari, sebuah jadwal yang menurut kelompok hak asasi manusia tidak realistis dan dapat mengekspos kelompok minoritas Muslim untuk melanjutkan penganiayaan, pengasingan atau pemindahan paksa yang mungkin dilakukan.

HRW mengatakan bahwa citra satelit yang menunjukkan tanda-tanda kebakaran dan kerusakan bangunan di 40 desa pada bulan Oktober dan November adalah bukti bahwa Rohingya belum dapat kembali dengan selamat.

“Perusakan tentara tentara Birma di Burma dalam beberapa hari setelah menandatangani sebuah perjanjian repatriasi pengungsi dengan Bangladesh menunjukkan bahwa komitmen untuk mendapatkan pengembalian yang aman hanyalah tindakan hubungan masyarakat,” kata Brad Adams, direktur organisasi Asia tersebut.

“Citra satelit menunjukkan apa yang dibantah oleh tentara Burma: bahwa desa Rohingya terus dihancurkan. Pemerintah Burma berjanji untuk menjamin keamanan kembali Rohingya tidak dapat dianggap serius.”

HRW mengatakan bahwa analisisnya menunjukkan bahwa sekitar 354 desa telah hancur sebagian dan seluruhnya sejak operasi pembersihan tentara dimulai di negara bagian Rakhine pada Agustus setelah serangkaian serangan mematikan oleh militan Rohingya.

Dikatakan setidaknya 118 desa tersebut rusak setelah 5 September, yang oleh Aung Sang Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar, telah mengidentifikasi sebagai operasi resmi operasi militer di negara bagian tersebut.