Info Lokal Terkini – Karangetang Semburkan Awan Panas dan Lava
2 min read
Berdasar pantauan di lapangan, Gunung api Karangetang pada Kepulauan Siau, Sulawesi Utara kini kian aktif. Pada waktu dini hari tadi, pada Sabtu 9 Mei 2015, gunung itu memuntahkan lava pijar serta semburan awan panas yang berdurasi selama 30 menit. Awan panas dari Karangetang sanggup merambah hingga jarak 2.000 meter. Efek dari panasnya pun juga sempat terasa sampai ke arah utara. Hal tersebut bisa dilihat dari lokasi pengungsian, di Taroranen.
Warga nampak masih beraktivitas pada umumnya meski pos pemantau mengatakan bahwa status dari gunung ini menjadi waspada pada level tiga. Tak terlihat rasa takut sebab mereka mengaku sudah biasa atas kondisi semacam itu. “Berdasar data pada pos pemantau Gunung Api Karangetang, dan tercatat pada seismograf, sdampai dengan saat ini sudah terjadi 85 kali gempa. Sementara statusnya masih berada pada waspada level 3. Pada Subuh tadi, gunung api juga sempat memuntahkan lava pijar,” kata Warno, petugas pada Pos Pemantau.
Kian tingginya aktivitas gunung api Karangetang tersebut kemudian membuat pihak pemerintah serta DPRD Kabupaten Sitaro setuju akan melkuakan relokasi terhadap para warga yang ada pada sekitaran jalur lahar. Diketahui memang ada sejumlah desa yang termasuk pada bidikan pemerintah agar segera diungsikan. Sejumlah desa tersebut antara lain, Desa Bebali serta Batu Awang. “Akan tetapi arus kami akui bahwa ada masalah kurangnya dana milik pemerintah kabupaten, sehingga dalam hal ini pihak DPRD kabupaten segera mengajukan anggaran relokasi pada pemerintah propinsi serta pemerintah pusat,” kata Djibton Tamodian selaku Ketua DPRD Kabupaten Sitaro.
Warga pengungsi yang ada pada wilayah itu diketahui pula nyatanya hidup dengan penuh keprihatinan. Bantuan bagi pengungsi tercatat kurang sebab simpanan dana dari pemerintah Kabupaten Sitaro diketahui sudah mulai menipis. Selain halnya masalah tersebut, warga pengungsi juga terancam aksi penjarahan yang mengincar rumah-rumah yang mereka tinggalkan. Penjarahan juga menjadi alasan para pengungsi memberanikan diri kembali ke desa mereka walau bahaya Karangetang mengancam keselamatan mereka.
