Liputan6 – Peretas Indonesia Serang 170 Situs Australia

Kelompok yang akhir-akhir ini telah mengaku sebagai aktivis Anonymous Indonesia, pada Senin (4/11), menyatakan bahwa pihaknya telah merusak sejumlah lebih dari 170 situs web di Australia yang dilakukan dalam upaya untuk memerotes adanya laporan bahwa pihak Canberra yang telah memata-matai Jakarta.

“Sejumlah ratusan situs web Australia telah diserang dengan kode sebagai #OpAustralia oleh para peretas dari Indonesia.” Begitulah kicauan kelompok tersebut di Twitter yang mana dilengkapi dengan daftar situs-situs yang telah diretas. Namun pada umumnya, situs web yang diserang adalah situs berskala kecil yang memiliki domain Australia .au.

Dimana ketika halaman situs-situs tersebut dibuka maka pengunjung langsung disambut oleh pesan “Stop Spying on Indonesia” berada di bawah sebuah bendera Indonesia yang ditampilkan dengan gambar hitam wajah Guy Fawkes, yang mana digunakan sebagai topeng oleh Anonymous untuk skala internasional. Daftar situs itu sendiri nampaknya dipilih dengan sistem acak. Jangkauannya meliputi bisnis dalam segala hal, mulai dari bidang katering bahkan hingga dry cleaning.

Hubungan antara Australia dengan Indonesia menjadi di bawah tekanan menyusul munculnya laporan pada minggu lalu yang menyebutkan bahwa kantor-kantor diplomatik milik Canberra yang berada di luar negeri, termasuk salah satunya berada di Jakarta, terlibat dalam jaringan aksi mata-mata. Kantor kedutaan milik Australia di Jakarta, juga beserta kedutaan atau konsulatnya yang ada di China, dilaporkan juga telah digunakan untuk memonitor tiap panggilan telepon dan mengumpulkan data. Hal inilah yang kemudian memicu Jakarta dan Beijing meminta penjelasan kepada pihak Canberra.

Pada hari Minggu, sebuah harian di Inggris The Guardian  telah mengutip dokumen milik whistleblower  Amerika Serikat, Edward Snowden. Yang mana dalam kutian ersebut menunjukkan bahwa pihak Australia dan juga Amerika Serikat telah melancarkan operasi pemantauan bersama kepada Indonesia selama konferensi perubahan iklim PBB yang diselenggarakan di Bali pada tahun 2007. Akan tetapi pemerintah Australia telah mengatakan kepada publik bahwa pihaknya tidak akan mengomentari terhadap masalah-masalah intelijen yang sedang ramai dibahas akhir-akhir ini.