Mon. Apr 10th, 2023

kabaraku.com

Berita Terkini, Sinopsis Film Terbaru 21, Olahraga Sepakbola

Kabar Kesehatan – Studi Investigasi Ketika Mendengar Suara Di Kepala

2 min read

Otak berbicara di dalam kepala pada dasarnya sama seperti berbicara keras. Menurut penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal eLife, hal ini dapat membantu menjelaskan kondisi seperti skizofrenia. Sebenarnya, diperkirakan bahwa kita menghabiskan setidaknya seperempat jam bangun kita untuk memperhatikan suara batin kita. Tapi bagaimana otak bisa membedakan antara suara hati dan suara eksternal yang membuat suara yang didengar orang lain?

Alat yang mengeksplorasi area pengolahan otak ini bisa sangat berguna untuk memperbaiki pemahaman kita tentang gangguan yang melibatkan “suara pendengaran,” seperti skizofrenia. Gejala umum skizofrenia adalah “halusinasi verbal pendengaran,” atau mendengar suara yang tidak didengar orang lain. Untuk beberapa lama, diasumsikan bahwa halusinasi ini adalah hasil dari masalah dengan ucapan batin. “Studi ini,” jelas penulis studi Thomas Whitford, seorang profesor di School of Psychology di University of New South Wales di Australia, “menyediakan alat untuk menyelidiki asumsi yang dulu tidak dapat diuji ini.”

Saat kita membicarakan pikiran kita dengan suara keras, otak kita mengirimkan instruksi yang memberi tahu pita suara, lidah, dan bibir bagaimana cara bergerak untuk menghasilkan suara yang diinginkan. Bila ini terjadi, otak juga membuat salinan instruksi. Ini dikenal sebagai “salinan efference”.

Salinan efference memungkinkan daerah otak yang memproses suara untuk memprediksi apa yang akan mereka terima. Jika salinan efference sesuai dengan suara yang benar-benar kita dengar saat kita berbicara, maka respons pemrosesan suara lebih tertekan.

Dia menjelaskan efek ini dengan contoh lain: mencoba untuk menggelitik diri kita terasa jauh lebih tidak jelas daripada saat orang lain melakukannya. Ketika kita mencoba untuk menggelitik diri kita sendiri, otak menghasilkan salinan instruksional instruksi ke jari-jari, memungkinkannya untuk memprediksi sensasi yang tepat, menghasilkan respons yang agak basah. Tetapi jika ada orang lain yang menggelitik, tidak ada salinan rujukan, dan tindakan yang tidak dapat diprediksi menciptakan respons yang lebih besar di otak dan perasaan tergelitik.

Tujuan dari studi baru ini adalah untuk mengetahui apakah otak membuat salinan efference untuk pidato batin dengan cara yang sama seperti kata-kata yang diucapkan dengan suara keras. Tim tersebut merekrut 42 sukarelawan sehat dan menggunakan electroencephalography (EEG) untuk melacak aktivitas otak mereka saat mereka mendengarkan pidato vokal di headphone.

Saat mereka mendengarkan, para peserta harus membuat suara yang sama atau berbeda di kepala mereka sesuai dengan suara yang bisa mereka dengar. Rekaman EEG menunjukkan bahwa jenis respons otak tertentu “dibasahi” saat suara ucapan dalam sama dengan yang di luar. Namun, bila suara ucapan dalam tidak sesuai dengan yang eksternal, peredamnya tidak terjadi. Para peneliti menyimpulkan bahwa ini menunjukkan bahwa otak membuat salinan efference untuk pidato batin dengan cara yang sama seperti pada pidato eksternal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *