Mon. Apr 10th, 2023

kabaraku.com

Berita Terkini, Sinopsis Film Terbaru 21, Olahraga Sepakbola

Berita Nasional – Kisah Jenderal yang Berani Labrak Pengusaha Kaya

2 min read

Bola panas terkait isu pencatutan pada nama Presiden yang dimanfaatkan untuk memuluskan kontrak dari PT Freeport kian bergulir. Sudirman Said selaku menteri ESDM dengan jelas menyebutkan nama Setya Novanto yang merupakan Ketur DPR sebagai politikus yang sudah melakukan hal tersebut. Tidak hanya itu saja, sejumlah nama dari para pejabat juga mulai ikut terseret.

Apabila terbukti benar adanya, tentunya cukup mengerikan bagaimana lobi-lobi politik yang dilakukan oleh para pejabat untuk bisa mendapatkan keuntungan secara sepihak.

Ada sebuah cerita menarik tentang pencatutan nama Presiden yang terjadi pada era Presiden Soekarno. Kejadian tersebut terjadi pada tahun 1960 an. Pada tahun itu, Presiden Soekarno mengganti Kepala Jawatan Imigrasi dan menunjuk Jenderal Hoegeng lmam Santosa sebagai penggantinya. Hoegeng diberikan mandat untuk membongkar penyelundupan yang sering terjadi di sana.

Hoegeng pun segera mengamati dari pos terbarunya tersebut. Dia pun akhirnya menyadari bahwa Jawatan Imigrasi justru tidak dikuasai oleh orang Imigrasi. Intel, Angkatan Darat, Polisi serta orang kejaksaan yang justru sebagai penguasa. Petugas Imigrasi hanya sebagai tukang cap belaka.

Maka dengan sekuat tenaga, Hoegeng berusaha untuk melakukan perubahan. Jangan harap ada orang yang bisa bermain-main melalui imigrasi. Setiap pegawai yang kedapatan menerima suap dari para pengusaha, langsung diberikan tindakan tegas.

Suatu hari salah seorang pengusaha kaya yang berasal dari Aceh menemui Jenderal Hoegeng. Hampir semua orang mengetahui siapa pengusaha itu, dia adalah anak emas dari Presiden Soekarno.

Rupanya pengusaha itu ingin meminta paspor diplomatik yang memiliki kekebalan hukum internasional. Dan hal itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Jenderal Hoegeng. Masak seorang pengusaha meminta paspor diplomatik? Paspor tersebut bukanlah paspor sembarangan, sebab untuk menerbitkannya, pihak Imigrasi harus melakukan koordinasi dengan pihak Kementerian Luar Negeri.

Jenderal Hoegeng terus melakukan penolakan, meskipun pengusaha tersebut terus mendesaknya dengan penuh percaya diri. Bahkan pengusaha tersebut berupaya untuk menyuapnya.

Hoegeng kemudian naik pitam. Dia merasa sangat tersinggung diperlakukan seperti itu. Hoegeng yang marah besar kemudian berdiri dan berkata dengan nada tinggi sambil tangannya menunjuk ke arah pintu.

“Saudara melihat pintu itu? Saudara tinggal pilih, keluar secara baik-baik atau saya harus menendang keluar dari pintu itu! Persetan dengan semua uang kamu!,” bentak Hoegeng dengan nada yang keras.

Pengusaha itu gelagapan dan akhirnya pergi sendiri meninggalkan Hoegeng di dalam ruangannya.

Kini, apakah masih ada polisi yang seperti Jenderal Hoegeng di Indonesia? Semoga saja masih ada. Sehingga bisa memberantas orang-orang yang berusaha menjual kepentingan negara untuk kepentingan pribadi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *