Misteri – Kalunga, Mitos Afrika Pada Dunia Orang Mati

Di dalam cerita dari rakyat Angola, ada cerita tersendiri tentang kemana arwah orang yang sudah mati akan pergi. Dikisahkan bahwa seorang kepala suku yang bernama Syahdan, merasa patah hati usai kematian dari istrinya yang bernama Muhungu. Atas rasa dukanyayang sengat mendalam sang kepala suku Kitamba inipun memerintahkan kepada para warganya untuk tak berbicara maupun makan hingga istrinya bisa dihidupkan lagi.

Dalam usahanya untuk dapat menghidupkan istrinya kembali itu, sang kepala suku meminta kepada seorang dukun untuk mengambilkan obat atau apapun demi hidup istrinya kepada raja Kalunga. Kalunga sendiri merupakan alam orang mati. Menuruti keinginan dan permintaan dari sang kepala suku tersebut, sang dukun pun bersedia untuk turun ke dunia orang mati bersama dengan seorang anaknya.

Dalam perjalanannya itu, sang dukun berhasil menemui sang raja dari alam orang mati tersebut. Sang dukun kemudian menghadap Kalunga-ngombe, sang penguasa dari dunia bawah, lalu menjelaskan apa yang terjadi. Sang raja lalu menunjukkan sosok bayangan kepala suku Kitamba pada seutas rantai dimana ini menyiratkan bahwa sang kepala suku ditakdirkan segera menemui ajalnya. Kemudian sang raja Kalunga memberikan gelang penguburan milik Muhungu beserta kepala yang akan dijadikan bukti atas pertemuannya. Sang raja dunia bawah itupun lalu mengirim sang dukun itu kembali ke dunia atas asal sang dukun bersedia berjanji untuk tak menceritakan apapun yang ia lihat dan ketahui di alam tersebut, jika tidak, maka ia dan anaknya akan tetap tinggal disana selamanya.

Mendengar titah dari sang raja, sang dukun pun bersedia dan mau memegang janjinya. Ia pun dikembalikan ke dunia atas dan menemui kembali sang kepala suku Kitamba yang nampak sudah tak sabar bertemu dengan sang dukun. Di hadapan sang kepala suku, dukun bersama dengan anaknya itu lalu memberikan kepala serta gelang kematian milik Muhungu dan mengatakan bahwa, siapapun yang sudah masuk ke Kalunga, ia tak akan pernah bisa kembali lagi. Nampaknya sang kepala suku harus mau menerima kenyataan dan juga mengakui bukti bahwa kepala dan gelang itu memang milik sang istri.