Thu. Jun 22nd, 2023

kabaraku.com

Berita Terkini, Sinopsis Film Terbaru 21, Olahraga Sepakbola

Mayoritas Warga yang Menempati Kolong Tol Cawang-Pluit Memiliki KTP DKI

2 min read

Kepala Kelurahan Jelambar Baru Danur Sasono mengatakan, kebanyakan penduduk yang menghuni kompleks di kolong Jalan Tol Cawang-Tomang-Pluit Kilometer 17, Jelambar Baru, Jakarta Barat mempunyai KTP DKI Jakarta.

Situasi ini diketahui menurut pencatatan yang sudah dibuat semenjak Senin, 19 Juni 2023 sampai Selasa 20 Juni 2023. “Rekap KK terdata keseluruhan 83, (penduduk) DKI sebesar 52 KK, non-DKI 31 KK,” ucap Danur.

Danur mengatakan, sejumlah dari mereka tercatat menjadi penduduk Jelambar Baru, Angke, Jembatan Besi, Kalideres, serta Tambora. sementara itu, beberapa penduduk lainnya adalah pendatang dari luar kawasan DKI.

“Terdapat (penduduk dari) Ciamis, Tegal, Tangerang, Banten, serta Sukabumi,” ucap Danur.

Ketika ditanya tentang relokasi masyarakat, Danur mengatakan belum bisa memerinci terkait hal itu. Pihaknya saat ini baru mencatat penduduk yang bermukim di kolong tol. Sebelumnya, Danur menerangkan tanah yang ditempati para masyarakat adalah punya PT PT Jasa Marga.

Dia mengatakan, pemerintah Kota Jakarta Barat, Pemprov DKI Jakarta, serta PT Jasa Marga pun akan melakukan pertemuan buat mengambil langkah berikutnya. “Kami menanti Jasa Marga, hasil pertemuan internalnya apa aja. tetapi itu sebetulnya, temen-temen media dapat bertanya langsung Jasa Marga,” kata Danur.

Danur belum memperoleh instruksi dari Wali Kota Jakarta Barat perihal rencana relokasi masyarakat di bawah kolong jalan tol itu. “Jika kayak gitu (relokasi) belum terdapat arahan kan nunggu pimpinan dari Pak Wali Kota, belum terdapat pertemuan lanjutan terkait itu,” jelas dia.

Salah satu masyarakat bernama Budi (bukan nama sesungguhnya) mengatakan memutuskan hidup di bawah kolong jalan tol sebab tidak mesti membayar uang sewa. “Tidak ada uang sewa, apa adanya saja yang penting memiliki uang kebersihan, tentram lah,” kata Budi.

Setiap hari, ia mencari rezeki dengan berdagang kopi di tepi jalan. karena penghasilannya tidak tentu, laki-laki 28 tahun tersebut pun memilih bertahan bermukim di situ semenjak empat tahun silam.

“Saya di sana udah ada empat tahun. iya, sebab saya udah tidak kuat biaya, kan menyewa mahal,” ujar dia.

Budi berkata, sebetulnya mereka sudah ditawari untuk menghuni rumah susun sederhana sewa atau rusunawa di Marunda, Jakarta Utara serta area Kapuk, Jakarta Barat. Sehabis memperoleh penawaran, para masyarakat kemudian pergi ke rusunawa itu.

Akan tetapi, sesudah tiga bulan dibebani dengan anggaran untuk menghuni rusunawa, mereka memutuskan angkat kaki dari situ. “Ada dulu sempat ditawarin bermukim di rumah susun di Kapuk dan di Marunda. saat ini, aktivitasnya apa?” ucap Budi.

“Udah gitu berjalan permulaan saja, sebulan-tiga bulan bayar listrik. saat ini bermukim di sana ujungnya mereka ini pada pulang tidak kuat (membayar),” tambahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *