Mon. Apr 10th, 2023

kabaraku.com

Berita Terkini, Sinopsis Film Terbaru 21, Olahraga Sepakbola

Kabar Kesehatan – Buruknya Kualitas Tidur Akan Meningkatkan Resiko Penyakit Alzheimer

2 min read

Periode tidur yang buruk yang berkepanjangan meningkatkan tingkat protein yang terlibat dalam penyakit Alzheimer. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur adalah akar dari masalah ini bukan dari kuantitas tidur.

Sementara penelitian sebelumnya, telah mengungkapkan bahwa tidur yang buruk dapat meningkatkan kadar protein ini, yang dikenal sebagai beta-amyloid and tau, tidak jelas aspek mana dari shut-eye yang berada di belakang uptick.

Kini para periset mengatakan bahwa kualitas tidur yang kurang dan terganggunya ketika tidur dan tidur yang nyenyak yang diketahui sebagai tidur dengan gelombang yang lambat, keduanya memerankan peran kunci.

“Penelitian menunjukkan secara khusus bahwa tidur dengan gelombang yang lambat, atau tidur nyenyak, penting untuk menurunkan tingkat amiloid dalam semalam,” kata Yo-El Ju, seorang ahli saraf  di University of Washington di Saint Louis dan rekan penulis dari penelitian.

“Kami berpikir bahwa tidak mendapatkan tidur yang nyenyak secara kronis selama bertahun-tahun akan meningkatkan resiko amiloid dan tau yang menggumpal dan menyebabkan penyakit Alzheimer,” tambahnya.

Diterbitkan di jurnail Brain, penelitian ini melibatkan sekelompok peserta sehat berusia antara 35 dan 65, yang masing-masing melakukan dua eksperimen tidur terpisah selama satu bulan. Dalam dua percobaan tersebut, para peserta diminta untuk melengkapi buku harian tidur di rumah selama lima hari dan dua minggu, di mana mereka juga memakai sensor untuk melacak gerakan mereka saat tidur.

Pada akhir periode, mereka manghabiskan malam di laboratorium tempat mereka memiliki gelombang otak yang dilacak dan keesokan paginya, mereka masing-masing mengalami tusukan lumbal.

Saat tertidur di laboratorium, semua peserta mengenakan headphonem namun sementara satu kelompok tidak mendapatkan suara yang dimainkan untuk diperdengarkan oleh para peserta, kelompok lain mendengarkan serangkaian bunyi bip yang  meningkatkan kenyaringan ketika terdeteksi bahwa mereka telah memasuki tidur dengan gelombang lambat. “Tujuan kami adalah membuat mereka keluar dari tidur gelombang lambat, namun tidak terbangun dari tidurnya,” kata Ju.

Hasilnya, berdasarkan data dari 17 peserta, terungkap bahwa terganggunya tidur yang berada di gelombang lambat akan memberikan dampak. Diantara mereka yang menunjukkan respons terhadap gangguan tersebut, tim yang menemukan tingkat beta amiloid rata-rata sekitar 10% lebih tingga saat bunyi bip dimainkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *