Kabar Internasional – Ancaman Nuklir Korea Utara Memasuki Fase Baru

Ancaman dari Korea Utara untuk Amerika Serikat dan sekutunya telah memasuki fase baru. Donald Trump mengatakan pada hari Selasa (7/3), satu hari setelah rezim Korea Utara meluncurkan empat rudal balistik ke arah perairan Jepang.

Dalam pembicaraan melalui telepon pada hari Selasa (7/3), Trump mengatakan kepada Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, bahwa Amerika Serikat berdiri 100% bersama dengan Tokyo setelah tiga rudal jarak menengah mendarat di laut lepas pantai barat laut dari Jepang.

“Presiden Trump mengatakan kepada saya bahwa Amerika Serikat bersama Jepang 100%, dan bahwa dia ingin komentar dari dirinya dikomunikasikan kepada orang-orang Jepang. Dia mengatakan bahwa dia ingin kami untuk percaya padanya serta Amerika Serikat 100%,” kata Abe yang mengatakan kepada apra wartawan di kediamannya.

“Jepang dan Amerika Serikat menegaskan bahwa rudal yang ditembakkan terakhir oleh Korea Utara merupakan tantang yang jelas terhadap wilayah dan masyarakat internasional. Dan menunjukkan bahwa ancaman tersebut telah memasuki fase baru,” tambah Abe.

Komentar tersebut muncuk ketika Amerika Serikat mengatakan bahwa elemen pertama dari sistem pertahanan rudal yang kontroversial telah tiba di Korea Selatan pada hari Selasa (7/3). Komando Pasifik Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa, High Altitude Area Defense (THAAD), sistem anti rudal yang dimaksudkan untuk mencegah dan menghancurkan rudal balistik jarak pendek dan jarak menengah selama bagian terakhir dari penerbangan mereka.

Cina telah mengecam penyebaran dari THAAD tersebut, pihaknya mengatakan bahwa radar yang kuat akan berkompromi dengan keamanan.

Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, mengutip dari sumber-sumber militer, mengatakan sistem tersebut bisa mulai beroperasi pada awal bulan April, atau bisa saja berfungsi lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan sebelumnya.

Trump dan Abe berbicara ketika pemimin Korea Utara, Kim Jong Un, yang menyatakan peluncuran rudal balistik mereka telah sukses dan memperingatkan bahwa peluncuran tersebut adalah bagian dari latihan untuk menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Jepang, yang merupakan rumah bagi hampir sekitar 50.000 tentara Amerika Serikat.

Peluncuran rudal balistik tersebut dipandang sebagai bentuk protes terhadap dimulainya latihan militer bersama yang melibatkan Korea Selatan dan Amerika Serikat, dan Pyongyang menganggap bahwa latihan tersebut adalah latihan untuk melakukan invasi ke Korea Utara.