Internasional – Pemogokan Dari Oposisi Lumpuhkan Kinshasa

Sebuah pemogokan yang disebut berasal dari pihak oposisi yang menginginkan Presiden Republik Demokratik Kongo, Joseph Kabila untuk mundur pada akhir masa jabatanya karena telah melumpuhkan bisnis di ibukota, Kinshasa.

Toko-toko di Kinshasa ditutup dan jalan jalan disana terlihat kosong, kata seorang wartawan dari kantor berita BBC, Poly Muzaila ketika sedang bertugas di ibukota. Pemerintah Kongo menyebut pemogokan ini berasal dari kelompok radikal yang menggunakan cara kuno. Pihak oposisi sendiri takut jika Joseph Kabila menginginkan penundaan pemilu yang akan diselenggarakan pada bulan November mendatang.

Pihak kepolisian sempat menembakan gas air mata untuk membubarkan pendukung oposisi yang berkumpul di ibukota. Wartawan BBC mengatakan bahwa pemogokan dalam waktu satu hari itu adalah pemogokan yang paling sukses di Kinshasa, yang memiliki poulasi sekitar 11 juta orang tersebut. Meskipun demikian, kegiatan bisnis di Goma cenderang lambat, Goma sendiri adalah pusat perdagangan utama di daerah timur ibukota.

Sebuah kelompok koalisi oposisi yang dipimpin oleh politisi kawakan Etienne Tshisekedi, memboikot pembicaraan yang ditujukan untuk memecahkan perbedaan selama pemilu. Ia mengatakan, mantan Perdana Menteri Togo, Edem Kodjo, yang saat ini menjabat di Africa Union (AU) telah ditunjuk sebagai mediator antara pihak oposisi dan Presiden Kongo.

Penundaan dalam persiapan pemilu yang akan datang ini menambah kekhawatiran pihak oposisi perihal Joseph Kabila yang berencana untuk tetap menjabat meskipun adanya larangan konstitusional tentang jabatan Presiden selama tiga periode. Komisi pemilihan mengatakan pendaftaran pemilih di negara itu mencapai 70 juta orang dan diprediksi tidak akan selesai pada bulan Desember.

Pada bulan Mei yang lalu, seorang calon presiden dari partai oposisi, Moise Katumbi telah melarikan diri ke Afrika Selatan setelah mendapatkan surat penangkapan yang ditujukan padanya. Ia dituduh telah mempekerjakan tentara bayaran asing untuk melakukan kudeta di negaranya. Ia sendiri menyangkal atas tuduhan itu.

DK Kongo memiliki sejarah yang panjang tentang ketidakstabilandi di dalam negara dan tidak pernah sekalipun mendapatkan kelancaran ketika masa pergantian kekuasaan sejak resmi dinyatakan merdeka pada tahun 1960 silam.