Berita Nasional – KPK Tetapkan RJ Lino Tersangka, Bareskrim Tetap Lanjut
2 min read
Jajaran Penyidik Badan Reserse Kriminal Polri (Bareskrim) menyatakan bahwa penyidikan terhadap kasus dugaan korupsi pengadaan 10 unit mobile crane pada PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) masih tetap akan berlangsung walau direkturnya, Richard Joost Lino, sudah ditetapkan menjadi tersangka oleh institusi lain. “Kita tetap akan jalankan proses Pelindo, kami sudah tetapkan Pak FN (Ferialdy Noerlan) dulu. Sedianya sudah berjalan serta kami tetap ikuti proses, tahapnya pun harus lengkap terlebih dulu,” terang Komisaris Besar Agung Setya, Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus dari Bogor, Jawa Barat, hari Sabtu (19/12).
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa hingga kini penyidik masih belum mengetahui hingga sejauh manakah kasus ini mengalir dan belum dapat dipastikan adanya keterlibatan RJ Lino. Tetapi, jika Lino telah ditetapkan menjadi tersangka, Bareskrim tak terganggu. “Yang terpenting adalah pertanggungjawabannya. Kasusnya kan beda, orangnya memang sama, itu tetap bisa,” terang Agung. Sampai dengan saat ini, Bareskrim masih menetapkan 1 tersangka yaitu FN selaku Direktur Teknik pada perusahaan pimpinan RJ Lino tersebut. Agung menegaskan bahwa pihaknya tetap membuka kemungkinan adanya penetapan tersangka lain.
Ia juga tak merasa diselip KPK terkait menetapkan Lino menjadi tersangka. Agung mengatakan dalam penyidikan pasti ada dinamika memengaruhi kecepatan dalam tiap prosesnya. “Saya tak terkejut saat KPK menetapkan tersangka. Sebab saya juga sudah tahu,” ujar Agung. Ia mengatakan bahwa Bareskrim telah berkoordinasi bersama KPK terkait kasus yang terjadi pada perusahaan negara tersebut. Maka dari itu, penetapan tersangka itu sudah diketahuinya lebih dulu. KPK juga sudah menyelidiki kasus itu dari dulu. “Kan itu kasus 2010, sementara yang kami tangani adalah 2014, jadi menurut saya waktu sudah cukup.”
Diketaui kemarin, KPK menetapkan Lino menjadi tersangka korupsi pengadaan quay container crane dalam perusahaannya. Kasus berbeda dari yang ditangani oleh Bareskrim. Bareskrim sendiri menangani korupsi 10 mobile crane yang harusnya dikirim menuju 8 pelabuhan. Penyidik mengatakan bahwa alat berat tersebut belakangan didapati mangkrak pada kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
