Berita Internasional – Perangi Ebola, Liberia Meminta Bantuan AS

Ellen Johnson Sirleaf, Presiden Liberia pada hari Sabtu (13/9/2014), diberitakan telah meminta bantuan darurat pada Barack Obama, Presiden AS guna memerangi merebaknya wabah ebola yang terparah di tanah Afrika. “Tanpa adanya lebih banyak bantuan secara langsung dari pihak pemerintahan Anda, maka kami akan kalah pada perang lawan ebola tersebut,” ujar Sirleaf yang diketahui meraih Nobel Perdamaian atas kinerjanya dalam memperjuangkan hak perempuan.

Permintaan dari Presiden Sirleaf tersebut kemudian dimuat pada suatu surat yang bertanggal 9 September kemudian sempat juga dibaca oleh pihak Reuters. Pada surat tersebut Sirleaf minta supaya pemerintah AS bersedia membangun sedikitnya sebuah unit penanganan untuk ebola pada ibu kota Monrovia. Hal ini dikarenakan meskipun sudah ada instalasi medis yang telah didirikan pada negara tersebut, namun ternyata jumlah tersebut masih belum memadai guna mengatasi merebaknya wabah mematikan tersebut.

Walaupun Liberia diketahui segera membuka sebuah pusat penanganan ebola yang memiliki kapasitas 100 tempat tidur serta MSF yang juga segera memperbesar fasilitas ebola yang berada di Monrovia sampai dengan 400 tempat tidur, ternyata Sirleaf juga mengatakan bahwa negeri tersebut masih kekurangan setidaknya 1.000 tempat tidur serta sedikitnya ada 10 pusat penanganan ebola pada penjuru Liberia.

Pihak pemerintah AS pun telah menjanjikan bantuan sejumlah 100 juta dolar guna mengendalikan merebaknya wabah ebola dengan cara menyediakan adanya peralatan pelindung bagi para tenaga kesehatan, air bersih, makanan juga obat-obatan juga peralatan medis. ada pekan ini, pihak militer AS segera membangun suatu rumah sakit lapangan yang berkapasitas mencapai 25 tempat tidur pada Liberia guna merawat para tenaga kesehatan yang telah terinfeksi oleh ebola.

Di sisi lain, duta besar AS bagi Liberia, Deborah Malac menyatakan bahwa pihak Washington segera melatih para pasukan keamanan dari Liberia guna melaksanakan operasi pengisolasian. Pelatihan tersebut digelar usai insiden yang melibatkan seorang bocah hingga tewas lantaran tertembak pada saat tentara Liberia memberikan sejumlah tembakan menuju arah para warga yang tengah memprotes adanya pendirian pusat karantina pada suatu wilayah permukiman yang berada di kawasan Monrovia.