Berita Internasional – Negosiasikan Malaysia Airlines MH17, Menlu Australia Disadap

Diberitakan bahwa telepon seluler milik Julie Bishop, Menteri Luar Negeri Australia, diduga telah disadap saat sedang melakukan sebuah negosiasi di luar negeri demi mendapat akses menuju lokasi terjatuhnya pesawat milik Malaysia Airlines  MH17. Julie Bishop mengadakan perjalanan dua pekan lamanya menuju Ukraina, Belanda serta Amerika Serikat guna mengamankan akses terhadap lokasi terjatuhnya pesawat MH17 pada Timur wilayah Ukraina.

Pihak petugas intelijen juga telah menyita telepon seluler milik Bishop usai ia kembali ke Australia dari agenda pertemuannya bersama beberapa tokoh pemimpin luar negeri tersebut. Dipastikan juga bahwa pengarahan yang telah dilakukan oleh Bishop bersama Komite Keamanan Nasional telah dilakukan dengan jalur aman. Selain itu, Perdana Menteri Tony Abbott pada Sabtu (16/8) menyatakan sudah diketahui secara umum bahwa beberapa negara memang melakukan upaya penyadapan kepada beberapa anggota penting pemerintahan Australia.

“Ini adalah prosedur yang sudah biasa terjadi waktu ke waktu,” terang Abbott seperti yang dikutip oleh ABC Australia. “Tetapi saya pastikan baha pembahasan terpenting yang juga diikuti oleh Julie Bishop bersama dengan saya serta anggota Komite Keamanan Nasional pada beberapa waktu belakangan ini dilakukan dengan jalur tertutup.” Seperti yang diketahui bahwa pesawat MH17 jatuh 17 Juli 2014 yang lalu pada rute penerbangan Amsterdam ke Kuala Lumpur tepat di atas kawasan Ukraina Timur.

Dalam perjalanannya, pihak Dewan Keamanan Amerika Serikat juga secara anonim telah mendukung terhadap adanya pendekatan resolusi oleh Australia supaya dibentuklah sebuah tim independen internasional guna menyidik insiden tertembak jatuhnya MH17 yang telah menewaskan hingga 298 orang penumpang dan termasuk dengan 38 orang penduduk serta warga negara Australia.

Usaha tersebut membuahkan kesepakatan dimana dibolehkannya kepolisian Australia serta Belanda untuk mendatangi lokasi terjatuhnya MH17 hingga beberapa kali. Tetapi kehadiran dari pemberontak pro-Rusia pada kawasan tersebut lalu menghambat kinerja tim penyidik guna mencapai lokasi lantaran akses masuknya yang telah dihalangi serta para petugas pemulihan jenazah dan barang bukti pada insiden tersebut mendapatkan ancaman yang membahayakan keselamatan tim.