Sun. Apr 9th, 2023

kabaraku.com

Berita Terkini, Sinopsis Film Terbaru 21, Olahraga Sepakbola

Kabar Internasional – Pengunjuk Rasa Di Gambia Minta Pengunduran Diri Majelis Nasional

2 min read

Lima ratusan pemuda berkerumun di depan gedung parlemen Gambia pada hari Selasa (31/1) kemarin. Hal itu adalah upaya demonstrasi pertama kali sejak negara tersebut menjadi negara demokrasi, setelah pelantikan dari presiden Adama Barrow.

Pengunjuk rasa tersebut meminta kepada seluruh anggota dari majelis nasional untuk mengundurkan diri untuk mendukung keputusan dari mantan presiden, Yahya Jammeh, untuk mendeklarasikan keadaan darurat negara selama dua hari sebelum berakhirnya jabatan dirinya. Langkah ini meningkatkan eksodus warga Gambia yang berpotensi timbulnya konflik, dengan memaksa para wisatawan untuk meninggalkan negara dan membawa negara tersebut ke ambang perang saudara.

Demonstrasi dari kelompok pemuda tersebut terjadi di ibukota, Banjul dan mengepung gedung tersebut dengan menyanyikan lagu kebangsaan dan membawa banners yang bertuliskan: “Anda gagal untuk menunjukkan ketertarikan dari rakyat Gambia”. Mereka kemudian melakukan pawai dengan mengepung kantor majerlis tersebut, mereka mengatakan bahwa anggota dari majelis tersebut hampir keseluruhannya adalah politisi yang mendukung Jammeh dan menyebut mereka sebagai seroang yang tidak konstitusional dan memikir diri mereka sendiri.

“Mereka benar-benar telah mengecewakan kami,” kata Mariama Sima, yang merupakan anggota dari Dewan Pemuda Gambia.

“Tindakan yang dilakukan mereka adalah untuk menyenangkan presiden. Kami ingin sebuah majelis yang akan melayani para pemuda Gambia dan orang-orang umum lainnya. Gambia yang baru tidak memiliki ruang untuk orang-orang seperti mereka,” kata pemimpin kelompok muda tersebut, Baboucarr Kebbeh. Tidak ada tanggapan langsung dari para anggota majelis nasional untuk menjawab tuntutan mereka.

Bentuk protes selama rezim Jammeh selama 22 tahun sangat jarang terjadi dan hal tersebut akan berujung pada pertumpahan darah, Pada bulan April tahun lalu, protes terhadap reformasi pemilu telah menyebabkan penangkapan secara masal kelompok pemuda, pemukulan dan penahanan serta kematian dari pemimpin oposisi Gambia, Solo Sandeng.

Hanya sejumalah petugas polisi yang dikerahkan dalam demonstrasi damai tersebut. “Ini adalah suatu perasaaan yang bagus dari rakyat Gambia untuk turun ke jalan  untuk pertama kalinya sejak 51 tahun yang lalu, untuk menunjukkan kemarahan mereka pada isu nasional tanpa adanya intimidasi atau intervensi dari polisi,” kata Sulayman Ceesay, seorang jurnalis dan aktivis muda tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *