Kabar Internasional – Douma Suriah Hadapi Malapetaka, Saat Terjadi Serangan

Kota Douma yang dikuasai pemberontak Suriah menghadapi situasi “bencana”. Hal ini setelah menjadi tempat berlindung bagi ribuan orang yang melarikan diri dari kejaran pasukan pemerintah ke Ghouta timur, kata dewan setempat pada hari Senin (12/3).

Ratusan orang terbunuh dalam serangan udara dan tembakan artileri Suriah yang berbenteng di Ghouta timur sejak 18 Februari karena pemerintah Presiden Bashar al-Assad berusaha menghancurkan kubu pemberontak utama terakhir di dekat ibu kota Damaskus. Pasukan pemerintah kini telah menangkap lebih dari setengah daerah kantong pemberontak dan telah sepenuhnya mengepung Douma, pusat kota terbesar di Ghouta timur, memotongnya dari daerah-daerah tetangga dengan uang muka pada hari Sabtu (10/3) dan Minggu (11/3).

Dewan oposisi yang dikelola di Douma mengatakan bahwa ribuan keluarga sekarang berlindung di jalan-jalan terbuka dan taman umum karena ruang bawah tanah dan tempat penampungan yang ada sudah penuh sesak.

“Setelah lebih dari 20 hari kampanye barbar dan pemusnahan massal Ghouta timur .. ini telah menyebabkan kemunduran situasi kemanusiaan dan pangan ke tingkat bencana,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Seorang pria yang meringkuk di tempat penampungan yang rusak berat di Douma mengatakan: “Ini benar-benar tidak dapat dihuni. Bahkan tidak aman untuk memasukkan ayam ke dalamnya. Tidak ada kamar mandi, hanya satu toilet, dan ada 300 orang. “Dia menolak menyebutkan namanya karena takut pembalasan jika tentara merebut kembali daerah tersebut.

Dewan Douma meminta bantuan internasional, bahkan mengatakan penguburan mayat di kuburan kota utama telah dihentikan karena intensitas serangan udara. Sedikitnya 70 orang dimakamkan di taman umum di Douma karena serangan udara membuat sulit untuk mencapai tempat pemakaman utama di pinggiran kota.

Warga mengatakan puluhan orang masih terkubur hidup-hidup di bawah reruntuhan, dengan tim penyelamat tidak dapat mencapainya karena intensitas penggerebekan. Mereka juga mengatakan bahwa hilangnya lahan pertanian yang tersisa untuk pasukan Assad akan memperburuk keadaan warga sipil.

Jaish al-Islam, salah satu kelompok pemberontak utama di Ghouta timur, mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan sekutu pemerintah Rusia untuk mengevakuasi orang-orang yang terluka.