Internasional – Arab Saudi Akui Gunakan Bom Cluster

Arab Saudi akhirnya mengakui bahwa mereka menggunakan bom cluster buatan Inggris untuk melawan kelompok pemberontak Houthi di Yaman. Hal ini telah membuat meningkatnya tekanan kepada pemerintahan Inggris yang telah berolang kali menolak untuk mengekang penjualan senjata tersebut kepada Riyadh.

Arab Saudi mengatakan bahwa mereka akan berhenti menggunakan bom cluster buatan Inggris dan mereka juga telah memberitahu pemerintahan Inggris atas keputusan mereka tersebut.

Ahmed Asiri, seorang juru bicara dari militer Arab Saudi yang memimpin pasukan koalisi yang melakukan pertempuran di Yaman mengatakan bahwa hal tersebut dengan jelas bahwa ada keterbasan dalam penggunaan bom cluster bertipe BL755 buatan Inggris yang digunakan untuk menyerang Yaman.

Kaputusan untuk berhenti menggunakan bom cluster setelah dilakukannya penyelidikan dari Arab Saudi secara internal yang dilakuka setelah melakukan diskusi dengan pihak Inggris. Para pejabat Arab Saudi mengatakan bahwa mereka telah berhenti menggunakan senjata terlarang tersebut pada pekan yang lalu.

Sebelum, sebuah pengakuan dari pernyataan Menteri Pertahanan Inggris, Michael Fallon, yang mengakui bahwa bom cluster yang disuplai dari Inggris tersebut telah digunakan oleh pasukan Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi. Fallon mengatakan kepada House of Commons bahwa sejumlah amunisi BL755 telah diekspor dari Inggris pad a tahun 1980 an dan telah di jatuhkan di Yaman oleh pasukan koalisi Arab.

Ia mengatakan bahwa ia menyambut dengan gembira atas konfirmasi dari Arab Saudi yang tidak akan menggunkan bom cluster lebih lanjut dan menunjukkan bahwa penjualan peralatan militer Inggris kepada Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya akan tetap terus dikaji.

Inggris dan Amerika Serikat sendiri telah mendukung upaya Arab Saudi untuk memerangi milisi Houthi, yang beraliansi dengan Iran. Serangan udara yang dipimpin oleh Arab Saudi telah menghancurkan wilayah yang dikuasai oleh kelompok pemberontak, dengan munculnya korban sipil dengan angka yang tinggi. Pada pekan lalu, Amerika Serikat telah menghentikan penjualan senjata yang sebelumnya telah direncanakan untuk Arab Saudi tetapi, Inggris telah memilih menolak untuk mengikuti langkah yang di ambil oleh Amerika Serikat.