Gelombang Imigran ke Eropa Belum Berakhir

Menurut perkiraan, sedikutnya masih 850 ribu imigran lagi yang akan mengarungi lautan Mediterania demi mendapat kesempatan hidup layak di tanah Eropa di tahun ini hingga 2016. UNHCR, Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa meminta kepada semua negara untuk mempertimbangkan regulasi dalam pemberian suaka.

UNHCR berpendapat gelombang imigran terbaru asal Suriah kali ini mulai mendatangkan riak problema bagi para pengungsi yang sebelumnya telah tinggal pada negara tujuan mereka. Masalah terbesar yang umumnya mereka temui ialah kurangnya program dalam rangka penanganan. “Di tahun 2015, UNHCR mengantisipasi ada 400 ribu datangnya pengungsi baru yang akan meminta perlindungan internasional di Eropa lewat Mediterania. Di tahun 2016, angka tersebut akan mencapai 450 ribu bahkan lebih,” pernyataan dari UNHCR pada dokumen penelitian mereka yang juga dikutip oleh Reuters, pada Selasa (8/9).

William Spindler, Juru bicara UNHCR mengatakan bahwa perkiraan ini akan terbukti hanya dalam waktu singkat. Sampai dengan saat ini saja, sudah 366 ribu orang tengah melakukan perjalanan mereka. Jumlah total akan bergantung kepada putusan dari para pengungsi saat mereka menemui permasalahan cuaca yang tidak bersahabat jelang musim dingin yang membuat laut menjadi semakin berbahaya.

Hingga saat ini, masih belum ada penurunan terkait jumlah pengungsi. Jerman yang menjadi negara penerima pengungsi dengan jumlah terbanyak akhirnya meluruh dan meberikan aturan bagi pengungsi Suriah yang sudah bersusah payah melintasi sejumlah negara lain hingga akhirnya sampai ke tanah mereka. Merujuk ke data milik UNHCR, mayoritas pengungsi Suriah yang sampai di Jerman sempat singgah pada sejumlah negara lain. Di hari Senin, Yugoslavia juga dibanjiri 7.000 pengungsi Suriah. Sedangkan 30 ribu pengungsi Suriah lainnya juga memadati sejumlah pulau milik Yunani.

Berdasar pengamatan UNHCR, banyak dari pengungsi yang sampai di Yunani lalu melanjutkan perjalanan ke Balkan dan Hungaria, lalu sampai ke Jerman. “Maka dari itu, sejatinya diskusi Eropa di pekan ini masuk ke tingkat kepentingan yang lebih tinggi sebab hal ini tak hanya terkait solusi untuk Jerman saja, melainkan menjadi masalah Eropa,” kata Melissa Fleming juru bicara UNHCR lainnya.