Berita Unik – Binatang Pertandakan Datangnya Gempa
2 min read
Pergerakan dari binatang serta ikan ternyata dapat memberi tanda datangnya gempa. Ini diungkapkan Naoyuki Yada, seorang Associate Profesor Universitas Teknologi Kanagawa juga Ketua NPO e-Pisco, sebuah kelompok yang memprediksikan gempa bumi oleh pengaruh atmosfir, ion serta alam, pada pers belum lama ini. Yada utamanya menyelidiki tingkah laku dari Namazu alias Silurus asotus Catfish paling tidak 19 tahun hingga sekarang. Berdasar hasil penyelidikan namazu, nampak 2 atau 3 hari sebelum terjadi gempa biasanya Namazu akan berkumpul dengan jumlah banyak, dan jauh lebih banyak lagi dibanding jumlah biasanya.
Ditunjukkan dari datanya pada Mei 2014 lalu, Namazu di Atsugi, Tokyo yang makin banyak berkumpul pada 2 Mei 2014. Sama dengan di Yokosuka, pangkalan dari angkatan laut Amerika Serikat yang ada di Jepang, pada 1 Mei 2014, jumlah namazu yang berkumpul lebih banyak dibanding hari sebelumnya. Pergerakan macam ini pun perlu untuk dipertanyakan. Ternyata pada 5 Mei terjadilah gempa di Tokyo, walau skalanya tak besar. Kejadian serupa pada 10 dan 11 Mei, Namazu juga banyak berkumpul, ternyata pada 13 Mei terjadilah gempa yang agak besar pada Jepang, walau skalanya tidak terlalu besar.
“Memang gerakan binatang dan ikan sanggup memberi tanda pada kita tentang adanya bahaya serta gempa bumi maupun bencana alam lain. Meski begitu, hingga kini nampaknya masih belum dapat diakui. Maka diperlukan approach dan pendekatan berbagai cara serta disiplin ilmu supaya dapat diakui bersama kelak,” kata Yada. Selain dari itu Yada memperhatikan gerakan binatang yang lain semacam tikus, anjing, dan cumi-cumi Daioika, Architeuthis dux.
Jelang gempa, biasanya pergerakan binatang serta ikan ini menurutnya memberikan perilaku aneh, semisal anjing banyak menggonggong, tikus seolah resah serta ribut, dan cumi-cumi akan berkumpul seperti halnya Namazu. Dari bermacam gerakan binatang serta ikan dan mahluk secara alamiah ini, Yada melihat adanya gerak perlahan menandakannya gempa bumi di Jepang, utamanya pada daerah Kanto. Tapi kapan terjadinya hal itu, Yada masih belum dapat menyebutkan kepastiannya.
