Sun. Apr 9th, 2023

kabaraku.com

Berita Terkini, Sinopsis Film Terbaru 21, Olahraga Sepakbola

Berita Terkini Internasional – Demokrasi Yang Mati Di Suriah

2 min read

Agenda pemilihan presiden Suriah yang akan dilangsungkan pada bulan depan sedianya ditentang oleh sejumlah kalangan. Mereka menyatakan pemungutan suara untuk menentukan pemimpin tersebut hanyalah sebuah parodi belaka. Disampaikan oleh William Hague, Menteri Luar Negeri Inggris pada kesempatan jumpa pers yang dilansir oleh stasiun TV BBC (15/5). “Khalayak internasional merasa jijik kepada Basyar al-Assad. Ia telah mengabaikan hak asasi manusia demi hidupnya,” kata Hague.

Kecaman yang keras tersebut memiliki dasar. Konflik selama 3 tahun dari Suriah sudah menelan korban tewas sedikitnya 150 ribu orang serta jutaan lainnya menjadi pengungsi dan nasibnya masih terkatung-katung pada sejumlah negara tetangga di Suriah. Untuk Hague, apabila Ibu Kota Damaskus menginginkan damai, Assad wajib mundur sebab jika ia terpilih lagi, maka negeri tersebut akan mati.

Ada sejumlah negara yang memang sedang memfokuskan diri kepada gejolak yang terjadi di Suriah yaitu Prancis, Mesir, Italia, Jerman, Qatar, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Turki, Inggris, serta Amerika Serikat. Diketahui, kemarin 10 negara tersebut menggelar pertemuan pada ibu kota London serta membentuk organisasi Negara Sahabat Suriah untuk kelangsungan yang terbaik dari negeri tersebut.

Rencananya, Negara Sahabat Suriah ini akan berupaya menghentikan pemilu yang berjalan pada bulan Juni. Saat dari pemilu ini tidak tepat karena jutaan orang pengungsi masih belum kembali serta kondisi pada sejumlah kota Suriah masih belum pulih. Ditambah lagi dengan perang yang masih berkecamuk diantara militer Assad melawan kelompok pemberontak yang mendasari pemilu tersebut haruslah ditunda.

Negara Sahabat Suriah tersebut dibentuk tahun 2012 ketika Lakhdar Brahmini, seorang utusan khusus dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), undur diri karena tidak sanggup mengakhiri krisis pada negara tersebut. Kelompok itupun juga menjadi tandingan dari 2 negara yang menjadi pendukung dari Assad yaitu Rusia dengan China. Hague pun berpendapat bahwa sebenarnya bila Assad adalah pemimpin sejati maka ia harus sanggup membuat Suriah menjadi damai, baru kemudian memikirkan tentang pesta demokrasi. “Namun tidak. Pertumpahan darah masih terjadi serta demokrasi telah mati di sana,” ujar Hague.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *