Berita Selebritis – Diumumkan, Hasil Autopsi Robin Williams

Pihak Marin County Sheriff’s Office Coroner Division mengumumkan hasil dari proses autopsi yang dilakukan terhadap mendiang Robin Williams di hari Jumat (7/11). Dalam pernyataan tersebut diketahui bahwa penyebab kematian aktor Robin Williams ialah adanya kondisi perinatal asfiksia lantaran gantung diri. Asfiksia adalah kondisi yang terjadi dimana kekurangan oksigen pernafasan dan bersifat dapat mengancam jiwa. Asfiksia muncul sebab adanya depresi susunan saraf pusat (CNS) dan memicu gagalnya paru-paru dalam bernafas.

TMZ pun uga melaporkan Robin mengalami bermacam penyakit, semisal Parkinson juga Anxiety, pada beberapa hari sebelum ia putuskan untuk menyudahi hidupnya. Pada dokumen disebutkan bahwa Robin bunuh diri tanggal 11 Agustus yang lalu tersebut menaruh sejumlah jam tangan pada kaus kaki lalu memberikannya pada sejumlah orang yang tak disebutkan namanya, ia merasa khawatir terkait kondisi keuangan yang sedang dihadapi oleh mereka.

Laporan hasil autopsi sosok aktor pemenang Oscar tersebut menyebutkan pula bahwa pada sistem tubuh Robin ada 4 jenis kandungan obat, 2 antidepresan juga 2 senyawa kafein. Tetapi, laporan dari pihak koroner menyimpulkan bahwa Williams tak mabuk saat kematiannya tersebut. Pihak berwenang pun menayai pada istri Robin, Susan Schneider terkait mendiang suaminya yang sempat alami sesak nafas, kemudian ia jawab tidak. Namun Schneider, menyebut bahwa Robin sedang kerjakan film World’s Greatest Dad yang mana putra karakternya tewas lantaran alami sesak nafas dan adegan tersebut amat sulit juga emosional baginya.

Seperti yang diberitakan bahwa Robin Williams bunuh diri di usia 63 pada kediamannya di Marin County, California gantung diri memakai ikat pinggang. Pada laporan yang dimuat, bintang ‘Good Will Hunting’ tersebut berusaha memotong pergelangan tangannya menggunakan sebuah pisau saku. Usai kematian Robin, Schneider pun mengeluarkan pernyataan yang menyebut sang aktor berjuang menghadapi masa awal penyakit Parkinson. “Dia sangat berani ketika ia berjuang dalam pertempurannya sendiri lawan kecemasan, depresi, serta awal tahapan penyakit Parkinson, dimana ia sendiri masih belum siap berbagi terbuka,” ujarnya.