Nasional – Polres Cianjur, Jawa Barat, mengatakan jika dua dari tujuh orang pelaku yang masuk dalam DPO atas kasus pembacokan pelajar sampai tewas berinisial YF dan MR di Kecamatan Warungkondang akhirnya menyerahkan diri diantar pihak sekolah, pada Jumat, 21 Juni 2024.
Kapolres Cianjur AKBP Aszhari kurniawan di Cianjur, Sabtu, mengatakan sudah menyebar anggota untuk menangkap lima orang DPO lainnya yang sudah diketahui identitas-nya dan hingga saat ini dari 12 orang pelaku pembacokan 7 orang diantaranya sudah ditangkap.
“Kami minta lima orang DPO segera menyerahkan diri atau tetap dikejar petugas dan kami tetap ambil tindakan tegas terukur,” katanya.
Pihaknya juga meminta keluarga tidak menghalang-halangi penangkapan terhadap pelaku atau menyembunyikan keberadaan pelaku karena sanksi hukum akan diterapkan, sehingga pihaknya meminta pihak keluarga membantu petugas dengan menyerahkan para pelaku.
“Jangan sampai menghalang-halangi petugas yang hendak menangkap pelaku, apalagi sampai menyembunyikan pelaku karena sanksi hukum juga akan diterapkan,” katanya.
Sebelumnya ungkap dia, pihaknya telah menangkap lima orang pelaku penyerangan terhadap siswa SMK di Cianjur atas nama Muhammad Rizki (16) yang meninggal dunia akibat luka bacokan di bagian punggung dan tangannya, Jumat (14/6).
Kelima orang pelaku ditangkap di rumahnya masing-masing setelah petugas mengembangkan kasusnya, sedangkan tujuh orang pelaku lainnya masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
“Kelima orang yang ditangkap berstatus pelajar SMK negeri di Cianjur, Rabu (19/6) mereka terlibat sebagai pelaku yang menyebabkan pelajar lainnya meninggal dunia dan satu orang lainnya mengalami luka berat,” katanya.
Tewasnya seorang pelajar SMK swasta di Cianjur itu, tutur dia, berawal dari postingan di media sosial, sehingga siswa dari dua sekolah berbeda berjanji untuk melakukan aksi tawuran pada malam hari, namun korban dengan empat orang temannya kalah jumlah.
“Kedua pihak sepakat untuk bertemu dan melakukan tawuran di kawasan Desa Bunisari, Kecamatan Warungkondang hari Kamis tanggal 13 Juni malam,” katanya.
Saat pertemuan tersebut siswa dari SMKN negeri yang berjumlah 12 orang langsung menyerang siswa SMK swasta yang hanya berjumlah 4 orang dengan menggunakan berbagai senjata tajam, hingga akhirnya korban tewas dan satu orang lainnya mengalami luka berat.