Nasional – Sejumlah korban pembongkaran di lahan milik Perumnas yang berada di RT 05/08, Jalan Dr. Sumarno, Kelurahan Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur mengaku bisa menetap di area tersebut karena sudah dibeli.
Para korban menduga bahwa ia berhadapan dengan orang yang salah, yakni kelompok mafia tanah yang niat melakukan penipuan.
“Saya sudah diberitahu (soal mafia tanah), tetapi uang saya sudah masuk. (minta) Dikembalikan gak bisa, namanya mafia susah,” keluh Maman (54) salah satu pegawai di Pemkot Jakarta Timur yang juga menjadi korban gusuran, Rabu, 12 Februari.
Maman menyebut, jika ada penawaran relokasi ke Rusun Seruni Cakung, pasca pembongkaran paksa yang dilakukan PN Jakarta Timur.
Selain Maman, Roro Sintya (15) juga mengatakan hal yang sama. Sebelum penggusuran, dirinya tinggal bersama ayahnya di lokasi yang tergusur tersebut.
Padahal, Sintya bersama keluarganya sudah tinggal selama lebih dari 10 tahun. Bahkan, ayah Sintya juga sebelumnya membeli lahan tersebut kepada seseorang.
“Katanya sih pernah bilang (papah) beli sama siapa gitu namanya. Astagfirullahaladzim,” tutur Sintya sambil menitihkan air mata ketika melihat rumahnya di buldozer petugas PN Jakarta Timur.
Sintya mengatakan, kedua orangtuanya awalnya mendapatkan surat pembongkaran dari pihak terkait. Kemudian, hari ini pelaksanaan pembongkaran secara tiba-tiba.
“Jadi awalnya tuh cuma dikirimi surat. Surat (tertulis) di tanggal 12 Februari 2025 bakal ada gusuran. Tapi tuh jeda dari surat tidak ada 1 minggu, cuma beberapa hari doang terus tiba-tiba saya balik dari panti karena papah sakit. Terus bilang rumah mau digusur, gimana saya engga sakit (syok) coba?,” sesalnya.
Sintya sebelumnya tinggal bersama kedua orangtuanya di rumah semi permanen tersebut. Namun baru beberapa tahun belakangan, dirinya tinggal di panti atas rujukan pihak sekolahnya.
“Saya sudah 2 tahun di panti, saya dimasukin (panti) sama pihak sekolah,” ucapnya.
Mewakili kedua orangtuanya, Sintya berharap adanya keadilan kepada keluarganya atas adanya pembongkaran eksekusi rumah tersebut.
“Saya ingin keadilan aja sih. Papah saya sakit, enggak ada kerjaan lagi. Tinggal dimana?, engga tau deh (tinggal dimana) terserah papah aja,” katanya.