Nasional – Lima tahun sudah berlalu sejak banjir bandang dan longsor melanda Kampung Cigobang, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten pada awal 2020. Namun, 135 kepala keluarga korban bencana masih tinggal di hunian sementara (huntara) yang sangat memprihatinkan layaknya gubuk.
Dinding dari bambu, atap terpal plastik usang, serta lantai tanah menjadi tempat tinggal mereka sehari-hari. Ketika hujan turun, mereka waswas bangunan akan ambruk. Saat kemarau, panas menyengat dan air bersih sulit ditemukan.
Sementara itu, warga korban bencana serupa dari Bogor, Jawa Barat, yang sempat tinggal bersama mereka di huntara yang sama, kini sudah empat tahun menetap di hunian tetap (huntap) yang layak dan nyaman.
“Kalau disuruh milih, saya mending pindah ke Bogor. Di sini tidak ada perubahan. Sengsara terus,” ujar Emin, warga huntara, Senin (19/5/2025).
Hal senada juga disampaikan Raman, warga lain yang sudah enam tahun bertahan di huntara. “Kami capek dijanjiin terus. Saudara kami di Bogor setahun setelah bencana sudah dapat rumah. Kami? Masih di gubuk ini,” katanya dengan nada kecewa.
Warga menilai Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak abai terhadap nasib korban banjir bandang dan longsor di Lebak. Mereka bahkan berkeinginan untuk eksodus ke Bogor karena merasa pelayanan pemerintah Jawa Barat jauh lebih baik.
“Bencana bareng, tinggal bareng, tetapi mereka sudah punya rumah. Kami? Belum ada titik terang kapan dibangun huntap,” tambah Raman.
Menanggapi hal tersebut, Anggota DPRD Provinsi Banten dari Fraksi Partai Nasdem Asep Awaludin menyebut keinginan warga untuk pindah ke Jawa Barat sebagai “tamparan keras” bagi pemerintah daerah.
“Ini kritik pedas untuk Pemprov Banten dan Pemkab Lebak. Harusnya malu dengan kondisi ini,” ujar Asep saat meninjau lokasi.
Asep juga menyampaikan beberapa warga bahkan pindah dan menikah dengan warga Bogor demi mendapatkan rumah. “Ada yang nikah langsung dikasih rumah oleh Pemkab Bogor. Di sini? Warga asli Banten malah terus diabaikan,” pungkasnya.
Saat ini, 135 kepala keluarga masih menanti kejelasan janji pemerintah tentang relokasi ke hunian tetap. Warga korban banjir bandang dan longsor di Lebak mendesak pemerintah segera bertindak agar bisa hidup secara manusiawi dan bermartabat, seperti warga terdampak bencana di daerah lain.