Sat. Apr 8th, 2023

kabaraku.com

Berita Terkini, Sinopsis Film Terbaru 21, Olahraga Sepakbola

Unik Aneh – Serat Centhini, Kitab Kamasutra Jawa

2 min read

Di awal abad 19 Jawa, terbit karya sastra yang terbilang spektakuler bernama Serat Centhini. Namun judul resminya adalah Suluk Tembangraras. Serat tersebut sempat digubah sekitar 1815 melalui 3 pujangga di istana Kraton Surakarta, yakni Yasadipura II, Ranggasutrasna, serta R. Ng. Sastradipura (H Ahmad Ilhar) oleh perintah dari K.G.P.A.A. Amengkunegara II (Sinuhun Paku Buwana V).

Karya mereka lalu menghasilkan karya dengan tebal 4.000 halaman lebih dan terbagi dalam selusin jilid. Beberapa diantaranya memuat tentang ajaran erotisme berrbalut mistis Islam dengan Jawa. Ada banyak pihak menganggap bahwa Serat Centhini merupakan Kamasutra Jawa. Serat Centhini  memiliki 722 tembang (Jawa) tentang seks serta seksualitas. Adalah Elizabeth D. Inandiak, yang merupakan kontributor surat kabar Prancis berusaha menerjemahkannya dalam bahasa Prancis berjudul Les Chants de l’ile a dormir debout le Livre de Centhini (2002).

“Saya tidak bisa membayangkan bahwa seks lalu bergabung bersama mistik,” ujarnya pada kuliah umum ‘Erotika Nusantara: Serat Centhini’ pada Teater Salihara, Jakarta, beberapa waktu lalu. Usaha penerjemahan terhadap Serat Centhini tersebut sendiri tidaklah mudah, Inandiak harus menghadapi 2 pendapat keras ahli sastra Jawa. Ada kelompok yang berpendapat bahwa Serat Centhini tersebut terlalu kotor diterjemahkan, sebab memuat ajaran serta kata kotor lagi kasar.

Sementara ahli yang lain menilai bahwa Serat Centhini amat adiluhung, maka dari itu tidak dapat diterjemahkan. Jika diterjemahkan, maka nilai estetis Centhini menjadi berkurang. Kedua pendapat tersebut menyebabkan Serat Centhini tidak diterjemahkan hingga nyaris satu abad lamanya. Sejumlah jilid dalam Serat Centhini diketahui memuat ajaran kotor serta cabul. Penuh akan adegan persanggamaan serta pelepasan hasrat seksual tak terbatas antara suami istri, bahkan yang di luar nikah.

Adalah petualangan dari Cebolang, seorang remaja lari dari rumah lantaran menilai bahwa dirinya telah berdosa besar yang menjadi simbolisasinya. Pada masa pelariannya, ia pun bersanggama bersama orang-orang yang berbeda, tidak peduli itu lelaki, maupun perempuan dari berbagai tempat. Perbuatannya tersebut tidak lain demi menebus dosanya. Cebolang beranggapan hanyalah dengan cara menceburkan diri dalam perbuatan hina, maka kesalahannya dapat diampuni.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *