Nasional – Tambang galian C atau tambang batu kapur di Desa Parseh, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, yang menjadi lokasi tenggelamnya enam santri diduga ilegal. Pemerintah setempat meminta seluruh aktivitas penambangan dihentikan.
Wakil Bupati Bangkalan, Moh Fauzan Ja’far mengaku turut berdukacita atas meninggalnya enam santri di Pondok Pesantren Jabal Quran tersebut.
Selain itu, pasca-tragedi tersebut, ia meminta semua pemilik galian C beserta pekerjanya untuk menghentikan aktivitas penambangan sementara waktu.
“Kami minta agar pemilik dan pekerja ini memperhatikan masalah lingkungan yang timbul akibat kegiatan tersebut,” ujarnya, Jum’at (21/11/2025).
Dari hasil pantauan di lokasi, tambang galian C di tempat itu menjamur. Bahkan, cekungan dalam yang timbul akibat kegiatan penambangan itu dibiarkan mangkrak.
Fauzan juga mengatakan, tambang galian C di lokasi tersebut diduga ilegal, termasuk lokasi tempat santri itu tenggelam.
Pihaknya juga akan meminta aparat untuk menutup lokasi tambang ilegal itu. “Kita minta aparat untuk menutup galian C yang ilegal,” ucap dia.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Bangkalan, Hotib Marzuki mengatakan, kewenangan perizinan tambang dan mineral saat ini berada di tingkat provinsi.
Pihaknya tidak mengetahui apakah tambang yang ada di Bangkalan sudah berizin atau tidak.
Meski begitu, pihaknya menyoroti kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas tambang kapur di lokasi itu. Apalagi, kini telah menelan korban jiwa.
“Apa pun itu, faktor kerusakan lingkungan sudah memakan korban. Ini menjadi musibah bagi kita, dan kami berharap pada aparat kepolisian untuk menindaklanjuti masalah ini,” ujar dia.
Enam santri itu pergi ke danau buatan tersebut tanpa sepengetahuan ustaz. Salah satu santri diduga tenggelam dan hendak ditolong oleh lima santri lain. Akibat permukaan danau yang cukup dalam, enam santri itu tenggelam.
Kejadian nahas itu baru diketahui oleh santri lain yang datang ke lokasi itu. Santri tersebut langsung memberi tahu ustaz dan pengurus pesantren. Evakuasi memakan waktu karena satu per satu santri harus diangkat ke permukaan.
Bahkan, akibat kejadian itu, salah satu pengurus pesantren dilarikan ke rumah sakit Syamrabu Bangkalan.
Adapun identitas enam korban tersebut yakni Louvin (9), Rosyid Ainul Yakin (10), Reynand Azka (9), serta Salman (9) yang berasal dari Surabaya.
Sementara itu, dua korban lain, yakni Moh Nasirudin Adrai (8) asal Kabupaten Sampang dan Muhammad Akhtar Muzain Ainul Izzi (7) asal Bangkalan.
