Mancanegara – Pasukan Israel menewaskan 22 orang di Lebanon selatan dalam serangan ke sejumlah lokasi. Serangan terjadi di saat militer Lebanon mempertanyakan belum ditariknya pasukan Israel sesuai kesepakatan gencatan senjata.
Israel sebelumnya mengatakan pihaknya akan mempertahankan pasukannya di wilayah selatan melampaui batas waktu yang ditetapkan dalam gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat yang menghentikan perang tahun lalu dengan Hizbullah.
Militer Lebanon melaporkan salah satu tentaranya termasuk di antara mereka yang dibunuh oleh pasukan Israel pada Minggu, 26 Januari, menuduh Israel menunda-nunda penarikan pasukannya.
Konflik Hizbullah-Israel terjadi bersamaan dengan perang Gaza, dan mencapai puncaknya dengan serangan besar-besaran Israel yang membuat lebih dari satu juta orang di Lebanon terpaksa mengungsi dan membuat kelompok yang didukung Iran tersebut sangat lemah.
Dilansir Reuters, Senin, 27 Januari, Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan 22 orang tewas dan 124 lainnya terluka di sejumlah lokasi di selatan, akibat serangan Israel terhadap warga ketika mereka mencoba memasuki kota-kota yang masih diduduki.
Militer Israel mengatakan pasukannya yang beroperasi di Lebanon selatan melepaskan tembakan peringatan untuk menghilangkan ancaman di sejumlah daerah di mana tersangka diidentifikasi mendekati pasukan.
Pernyataan itu juga mengatakan “sejumlah tersangka yang merupakan ancaman” ditangkap.
Televisi al-Manar milik Hizbullah menunjukkan rekaman warga yang bergerak menuju desa-desa pada Minggu pagi, beberapa di antaranya memegang bendera kelompok tersebut dan gambar para pejuang Hizbullah yang tewas dalam perang.
Seorang juru bicara militer Israel menuduh Hizbullah berusaha “memanaskan situasi” dan mengatakan tentara Israel “dalam waktu dekat” akan memberi tahu warga tempat-tempat di mana mereka dapat kembali.
Hizbullah memberikan tanggung jawab pada negara Lebanon untuk memastikan penarikan pasukan Israel.
Anggota parlemen Hizbullah Hassan Fadlallah mengatakan Lebanon berkomitmen terhadap perjanjian gencatan senjata tetapi Israel berbalik menentangnya karena dukungan AS.
Gedung Putih mengatakan pada Jumat pekan lalu, perpanjangan gencatan senjata jangka pendek dan sementara sangat diperlukan.