Nasional – Para pengungsi mandiri korban erupsi Gunung Api Lewotobi Laki-laki yang menetap di Waidoko, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, NTT kekurangan air bersih beberapa hari terakhir.
Mereka berjalan kaki sejauh tiga kilometer untuk menuju bak penampung air. Pengungsi mandiri ini adalah warga dari Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura. Desa ini bakal direlokasi karena masuk dalam kawasan rawan bencana erupsi.
Agustinus Gehi (40), salah seorang warga, mengungkapkan, hampir setiap hari pengungsi mengambil air dengan jeriken dan galon. Mereka kebanyakan berjalan kaki, ada juga yang menggunakan sepeda motor.
“Pagi, siang, dan sore orang-orang datang ke sini untuk ulang air. Di sana (Waidoko) tidak ada air, jadi tempat ini (Nobo) satu-satunya harapan selama enam bulan terakhir,” ujarnya.
Perjalanan dari lokasi pengungsian menuju sumber air cukup melelahkan. Kadang, mereka menumpang kendaraan yang sedang melintas di jalur tersebut.
“Kalau lelah kami istirahat di jalan, habis lanjut jalan lagi. Bisa dua sampai tiga kali istirahat. Kadang kami numpang kendaraan yang lewat, ada kalanya mereka jalan terus, tidak mau muat kami,” tuturnya.
Pengungsi lain, Yane Mare, mengaku beberapa kali para mereka menerima bantuan air bersih dari sebuah yayasan. Seminggu bisa lebih dari dua kali.
“Bersyukur karena kami masih dibantu dari salah satu yayasan, nama saya kurang hafal. Mereka itu yang antar dengan mobil tangki,” ungkapnya.
Di Waidoko, warga mulai membuka permukiman baru. Ada yang mengerjakan rumah secara mandiri. Adapun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menetapkan status Gunung Lewotobi Laki-laki pada level III siaga.
Warga sekitar diimbau tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi. Masyarakat juga diharapkan tetap tenang dan mengikuti arahan pemda serta tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya.