Nasional – Sebuah aksi nekat kembali menghebohkan jagat maya. Kali ini, dua pendaki ilegal Gunung Merapi terekam dalam sebuah video yang viral di media sosial. Tanpa mengindahkan larangan pendakian, mereka menerobos jalur tertutup di kawasan Gunung Merapi yang dikenal rawan letusan.
Menanggapi kejadian tersebut, Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) bergerak cepat. Kepala Balai TNGM, Muhammad Wahyudi mengungkapkan, pihaknya telah melakukan pelacakan identitas para pelaku melalui jejak digital, termasuk kontak di media sosial.
“Setelah identitas mereka kami temukan, kami langsung menghubungi melalui telepon dan DM media sosial,” ujar Wahyudi pada Selasa (17/6/2025).
Dua pelaku utama berhasil dimintai keterangan langsung. Mereka adalah Y (42) asal Magelang dan F (22) asal Sragen. Keduanya ternyata baru saling kenal dan berinteraksi lewat TikTok. Dari perkenalan singkat itu, mereka merencanakan pendakian ilegal Gunung Merapi melalui WhatsApp.
Tak hanya dua orang itu, pada Minggu (15/6/2025), petugas TNGM juga menemukan dua pendaki ilegal lainnya yang langsung diamankan. Mereka menjalani pemeriksaan terpisah oleh pihak TNGM. Alih-alih memberikan hukuman berat, pihak TNGM memilih jalan edukatif. Kepada semua pelaku, termasuk Y dan F, sanksi pendaki ilegal yang dijatuhkan berupa kerja sosial.
“Mereka akan membersihkan obyek wisata alam (OWA) Kalitalang selama 3 bulan sebagai bentuk sanksi. Ini sanksi yang mendidik agar tak diulangi,” kata Wahyudi.
Langkah ini diambil sebagai upaya menciptakan kesadaran dan tanggung jawab sosial terhadap kelestarian alam Merapi yang sensitif.
Wahyudi menegaskan bahwa larangan pendakian Gunung Merapi bukan tanpa alasan. Penutupan jalur dilakukan berdasarkan hasil kajian dan analisis vulkanologi dari otoritas terkait.
Aktivitas Gunung Merapi yang masih tergolong aktif membuat pendakian sangat berbahaya. “Penutupan dilakukan demi keselamatan semua pihak. Kami berharap masyarakat tidak nekat melanggar aturan demi konten atau kepuasan pribadi,” tegasnya.
Peringatan ini bukan hanya untuk para pendaki ilegal, tetapi juga untuk semua pihak yang kerap meremehkan kondisi alam Gunung Merapi yang penuh risiko.