Berita Bola – AC Milan telah memperkenalkan Luka Modric sebagai rekrutan kedua mereka musim panas ini. Tak butuh banyak perkenalan, Modric langsung menarik perhatian begitu mendarat di Milano.
Senin, 14 Juli 2025, ia jalani tes medis di pagi hari, siangnya tanda tangan kontrak berdurasi satu tahun dengan opsi perpanjangan. Sore harinya, pengumuman resmi datang—Modric kini seorang Rossonero.
Kehadirannya bukan sekadar soal pengalaman, tapi juga janji permainan elegan di lini tengah. Milan seolah menggaet seniman untuk melukis di atas kanvas San Siro.
Sulit menggambarkan cara bermain Modric tanpa terdengar puitis. Ia bukan hanya pengatur tempo, tapi juga pemecah kebuntuan dengan kreativitas tinggi.
Dribel halus, gerak putar cepat, dan akurasi umpan membelah pertahanan jadi andalannya. Tak berlebihan jika media Italia melabelinya ‘Picasso sepak bola’.
Tak cuma mengalirkan bola, Modric juga tahu kapan harus menyimpan dan kapan harus mendorong permainan ke depan. Semua dilakukannya dengan efisiensi dan ketenangan luar biasa.
Modric bisa bermain sebagai regista (deep-lying playmaker) maupun mezzala (box-to-box), tergantung kebutuhan tim. Di posisi mana pun, ia mampu menentukan irama laga seperti dirigen orkestra.
Meskipun mendekati usia 40, ia tetap percaya diri menerima bola di bawah tekanan. Ia akan memulai serangan baik lewat dribel pendek maupun umpan vertikal tajam.
Milan harus membangun sistem yang melindungi kekuatan Modric dan menutup kelemahannya. Bila itu terpenuhi, ia akan jadi pusat gravitasi permainan Rossoneri.
Lebih dari sekadar skill, Modric membawa jiwa pemimpin yang tenang dan disegani. Di Real Madrid dan Timnas Kroasia, ia dikenal sebagai sosok yang selalu tampil saat dibutuhkan.
Ia jadi pusat permainan tim yang dua kali berturut-turut menembus semifinal Piala Dunia. Meski datang dari negara kecil, Modric berhasil mengangkat Kroasia ke level tertinggi.
Kepemimpinan itu akan sangat berguna di ruang ganti Milan yang penuh pemain muda. Ia bisa menjadi teladan dalam profesionalisme dan cara menghadapi tekanan.
Usia hampir 40 tahun tentu membawa konsekuensi. Modric mungkin sudah tidak bisa bermain penuh selama 50 laga semusim.
Daya jelajahnya menurun, dan ia bukan tipe gelandang bertahan yang bisa melakukan sapuan atau tekel keras. Ia lebih cocok dimainkan di posisi menyerang atau bebas.
Kekurangan lain adalah penyelesaian akhirnya yang inkonsisten. Namun, Milan tak merekrutnya untuk mencetak gol, melainkan menciptakan peluang dan menjaga aliran bola tetap hidup.