Kisah Misteri Terbaru – Misteri Taman Gantung Babilonia Terpecahkan
2 min read
Berdasarkan sejumalh teks-teks kuno yang terkumpul, Misteri Taman Gantung Babilonia yang disebutkan memiliki bentuk yasng berupa teras-teras yang rumit, fitur air megah, dan juga tanaman yang sanggup mengambang. Taman Gantung yang sangat tersohor dan yang konon dibangun di provinsi Babel Irak, akan tetapi selama berabad-abad lamanya tak ada yang sanggup menemukan bukti fisiknya.
Lain halnya menurut salah seorang pakar yang telah melakukan analisis lebih mendalam pada teks-teks tersebut, dengan bukti petunjuk yang dipamerkan pada British Museum, menunjukkan para arkeolog telah melakukan upaya pencarian pada tempat yang salah. Dr Stephanie Dalley dari Universitas Oxford berpendapat bahwa taman tersebut sebenarnya terkubur di bawah kota kuno Niniveh, di dekat kota modern Mosul, sekitar 350 mil jauhnya Irak utara.
Dr Dalley, seperti yang ditulis di laman Daily Mail, sudah menghabiskan waktu hingga 20 tahun terakhir guna meneliti lokasi taman itu. Banyak orang yang menyebutkan bahwa hal itu adalah mitos belaka karena minimnya bukti fisik yang ditemukan. Taman tersebut diyakini dibangun pada 600 SM, meskipun angka tahun itu diambil berdasarkan teks-teks kuno yang mungkin ditulis ratusan tahun usai taman itu dibuat.
Ada sebuah teks khusus yang mengklaim bahwa taman itu dibangun oleh Kaisar Babilonia Nebukadnezar di provinsi Babel Irak untuk istrinya yaitu Amyitis. Namun tak disebutkan bahwa taman itu dibangun oleh kaisar atau istrinya. Hal ini membuat Dr Dalley mempelajari teks itu lebih mendalam dan selama melakukan penelitian dia lalu menemukan prisma di British Museum London yang dipenuhi oleh tulisan paku (cuneiform).
Cuneiform sendiri adalah bahasa kuno era Babilonia, juga digunakan kerajaan Assyria. Prisma ini berisi rincian seorang raja yang bernama Sennacherib pemimpin kerajaan Assyria hidup pada satu abad sebelum Nebukadnezar. Dalam sebuah film dokumenter berjudul “Finding Babylon’s Hanging Garden” Channel 4 Inggris, Dr Dalley dapat menggabungkan antara peta kuno dengan versi peta modern, guna menemukan apa yang ia percayai sebagai sebuah reruntuhan istana.
