Kesehatan – Kafein bisa menjadi sahabat sekaligus musuh bagi penderita sakit kepala. Dalam dosis yang tepat, kafein membantu menyempitkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri akibat ketegangan atau migrain.
Namun, jika dikonsumsi berlebihan, kafein justru bisa memicu atau memperburuk sakit kepala, kondisi yang dikenal sebagai caffeine overuse headache. Menghentikan konsumsi kafein secara mendadak pun bisa menimbulkan gejala putus kafein (withdrawal).
“Penting dicatat, kafein tidak efektif untuk sakit kepala klaster maupun sakit kepala sinus, dan pemeriksaan medis tetap diperlukan jika nyeri berlangsung lama,” tulis Times of India, Jumat (7/11/2025).
Saat ini bagi jutaan orang, kafein bukan sekadar rutinitas pagi, tapi juga penolong diam-diam yang berada di antara kenyamanan dan keseimbangan kimia tubuh. Namun, apa sebenarnya yang membuat kafein bekerja? Dan mengapa cangkir yang membantu hari ini justru bisa menjadi penyebab sakit kepala di hari berikutnya?
Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa kafein berinteraksi dengan aliran darah dan reseptor otak dengan cara yang kompleks, terkadang menenangkan, namun kadang juga memicu nyeri, tergantung pada waktu, cara, dan alasan seseorang mengonsumsinya.
Penelitian yang diterbitkan di The Journal of Headache and Pain menunjukkan bahwa sekitar 100-150 miligram kafein, setara dengan satu cangkir kopi kecil, dapat membantu mengurangi bahkan mencegah sakit kepala.
Menurut Dr Emad Estemalik, ahli saraf di Cleveland Clinic, ketika seseorang mengalami migrain, pembuluh darah di otak melebar.
“Kafein dalam jumlah tepat dapat menyempitkan pembuluh darah tersebut, sehingga berfungsi sebagai vasokonstriktor dan membantu meredakan nyeri,” jelasnya.
Efek penyempitan ini bersifat sementara, namun cukup efektif untuk sakit kepala tegang dan migrain, dua jenis sakit kepala yang sering disertai pelebaran pembuluh darah.
Namun, lebih banyak bukan berarti lebih baik. “Jika konsumsi kafein berlebihan, efeknya bisa berbalik, justru memunculkan atau memperparah sakit kepala,” kata Dr Estemalik.
“Dan bukan hanya dari kopi, tetapi juga minuman energi serta minuman berkafein lainnya,” tambahnya.
Konsumsi yang terlalu sering bisa menyebabkan caffeine overuse headache, kondisi di mana zat yang seharusnya meredakan nyeri justru memperburuknya.
Selain itu, Dr Katy Munro dari National Migraine Centre memperingatkan bahwa menghentikan konsumsi kafein secara mendadak dapat menimbulkan sakit kepala akibat penarikan diri. Ia juga menyarankan agar tidak minum kopi di sore atau malam hari karena dapat mengganggu kualitas tidur.
Meski berguna untuk tension headache dan migrain, kafein tidak efektif untuk semua jenis sakit kepala. “Pada migrain dan sakit kepala tegang, pembuluh darah melebar (vasodilatasi), dan kafein membantu dengan cara menyempitkannya kembali,” jelas Dr Estemalik.
“Namun pada cluster headache, mekanisme tubuh berbeda, sehingga kafein tidak memberikan efek yang sama,” jelasnya lagi.
Hal serupa juga berlaku untuk sakit kepala sinus. “Tekanan di area sinus terjadi karena ketidakseimbangan tekanan udara dalam rongga hidung, bukan karena pelebaran pembuluh darah,” tambahnya.
Meskipun secangkir kopi bisa terasa seperti penyelamat instan, kafein tidak boleh dijadikan pengganti pemeriksaan medis. Sakit kepala yang berlangsung lama, semakin parah, atau mengganggu aktivitas sehari-hari perlu dikonsultasikan ke tenaga medis untuk mencari penyebab pastinya.
