Tue. Apr 11th, 2023

kabaraku.com

Berita Terkini, Sinopsis Film Terbaru 21, Olahraga Sepakbola

Kabar Internasional – Wanita Afghanistan Takut Dengan Suaminya Setelah AS Menolak Suaka

2 min read

Ketika Shakila Zareen mengatahui bahwa suaminya berencana untuk membunuhnya, dia melarikan diri ke rumah ibunya. Beberapa jam kemudian, dia sendirian di ruang tamu saat suami dan dua orang lainnya merusak dinding buatan ketika mereka melewati pintu, Zareen berpaling untuk melihat suaminya mengarahkan pistol berburu ke arahnya dan menarik pelatuknya.

Dia bangun di sebuah rumah sakit keesokan paginya setelah secara ajaib selamat dari penembakan tersebut dan sebuah perjalanan tujuh jam yang melelahkan ke Kabul. Dia menelusuri jemarinya di atas wajahnya yang terbalut dan menyadari bahwa separuh wajahnya telah hilang. Seseorang mengatakan kepadanya bahwa dia telah mengalami keguguran, dia bahkan tidak tahu bahwa dia hamil dan dia baru berusia 16 tahun.

Saat itu akhir tahun 2012, dan kehidupan Zareen hancur berantakan. Karena manghadapi cobaan berat itu, pemerintahan India membawanya ke Delhi, dan membayar sembilan operasi rekonstruktif selama tiga tahun. PBB memberikan status pengungsinya, dan merujuknya untuk bermukim kembali ke Amerika Serikat.

Pada tahun 2016, pemerintah Amerika Serikat menyetujui persetujuan itu, Zareen, yagn saat ini berusia 21 tahun, mulai berharap bisa membangun kembali kehidupannya, jauh dari suaminya yang cenderung kasar terhadapnya.

Namun setahun kemudian, pada tanggal 23 Juni, Layanan Warga Negara dan Imigrasi Amerika Serikat memberi tahun Zareen bahwa dia tidak memenuhi syarat untuk ditempatkan di pemukiman kembali. Alasannya adalah menurut surat itu, merupakan masalah kebijakan untuk alasan keamanan.

“Saya tidak bisa mempercayainya, saya menangis sepanjang perjalanan pulang. Semua orang di jalanan menatap saya. Pesan itu membuat saya sakit sehingga harus pergi ke rumah sakit,” kata Zareen kepada The Guardian. Ketika Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya menyerang Afghanistan pada tahun 2001 silam, Amerika Serikat mengklaim bahwa kemajuan hak-hak perempuan sebagai pilar utama dalam misinya.

Namun, kasus seperti Zareen menunjukkan bahwa kemajuan sebagian besar masih dalam bentuk abstrak. Keadilan dan perlindungan hukum bagi korban perempuan ada di atas kertas, namun seringkali tidak dalam prakteknya.

“Pemerintah belum bisa menyediakan lingkungan yang aman bagi perempuan, bukan di rumah, di jalanan atau di tempat kerja, kata Fawzia Koofi, seorang anggota parlemen Afghanistan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *