Nasional – Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Polda Bali bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali melakukan inspeksi mendadak (sidak) di tiga lokasi di wilayah Badung dan Kota Denpasar pada Selasa (22/7/20225).
Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengecek ada tidaknya peredaran beras oplosan di Pulau Dewata.
Penyisiran mulai dilakukan dari tempat penggilingan padi di Jalan Kebo Iwa. Kemudian, Pasar Badung dan pusat perbelanjaan di Jalan Diponegoro, Kota Denpasar.
Direktur Reskrimsus Polda Bali, Kombes Pol. Teguh Widodo mengatakan, pihaknya tidak menemukan adanya indikasi peraktik maupun peredaran pengoplosan beras di tiga lokasi yang diperiksa.
“Tadi tidak ada ditemukan kualitas beras medium yang dijual dengan harga premium. Tapi kualitasnya memang betul-betul premium dan tadi secara berat jenis kita timbang langsung di lapangan itu sudah sesuai dengan ukuran yang beratnya. Jadi tidak dikurangi ataupun tidak ada yang lebih,” kata dia di Pasar Badung, Kota Denpasar, pada Selasa.
Ia mengatakan, kegiatan ini dilakukan setelah masif pemberitaan terkait adanya dugaan peredaran beras oplosan di sejumlah daerah.
Sebab, informasi tersebut telah menimbulkan kekhwatiran bagi konsumen. Kondisi ini tentunya juga merugikan para penjual beras di pasaran.
Dari temuannya, sejauh ini beras yang beredar di Bali masih memenuhi syarat mutu dan kualitasnya sesuai dengan ketentuan.
“Kondisi real di lapangan apakah memang berita tentang adanya beras oplosan itu ada di provinsi kita ini atau tidak? Ternyata tidak kita temukan,” kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Wayan Sunada mengungkapakan secara umum ketersediaan beras di Bali dalam kondisi surplus.
Kemudian, harga beras yang dijual di pasaran juga masih sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET), yakni mencapai Rp 16.000 per kilogram.
“Kebutuhan beras di Bali mencapai sekitar 414.000 ton per tahun dan saat ini stok kami mencukupi,” kata dia.