Berita Bola – Raphinha tengah menikmati masa-masa menyenangkan di musim ketiga bersama Barcelona. Tetapi siapa sangka jika ia nyaris ‘menyerah’ karena menjalani situasi yang sulit di dua musim sebelumnya.
Winger 27 tahun itu sudah mencetak sembilan gol dan delapan asis dalam 13 laga untuk Barcelona musim ini, termasuk hat-trick ke gawang Bayern Munich di Liga Champions pada Kamis (24/10) lalu. Padahal musim lalu ia butuh 37 laga untuk mencetak 10 gol dan 13 asis.
Hadirnya Hansi Flick menggantikan Xavi dinilai mampu memaksimalkan peran Raphinha. Pemain yang bergabung pada musim panas 2022 itu memiliki peran krusial membawa Barcelona ke puncak klasemen Liga Spanyol sejauh ini dan melaju mulus di Liga Champions.
Namun di balik kegembiraan yang dirasakan Raphinha, ia pun pernah merasakan momen kelam di Barca. Hal itu bahkan sampai membuatnya berpikir untuk pergi saja. Tak cuma sekali, namun sampai beberapa kali.
“Ada beberapa momen, bukan hanya satu. Enam bulan pertama di sini, mulai dari bursa transfer musim panas hingga Piala Dunia, saya tak menjalani awal musim yang baik, jadi terlintas dalam pikiran saya untuk meninggalkan klub,” ujar Raphinha kepada ESPN.
“Ada banyak keraguan pada diri sendiri. Saya punya kebiasaan buruk untuk mengkritik diri sendiri dengan keras, jadi tekanan itu membuat saya berpikir untuk pergi.”
“Kemudian, tentu saja, setelah Piala Dunia saya mampu bangkit, berhasil mencatatkan statistik bagus di enam bulan berikutnya.”
“Musim lalu, usai cedera yang saya alami, kartu merah (melawan Getafe di awal musim), dan juga di akhir musim, melihat banyak hal bahwa klub ingin melepas saya, bahwa para fan ingin saya pergi, itu juga membuat saya berpikir untuk pergi, ke tempat yang tak ada tekanan,” jelas Raphinha.
Musim panas lalu, rumor transfer mengenai Raphinha sebetulnya masih ada. Apalagi saat itu Barca tengah mendekati Nico Williams yang baru saja tampil memukau dengan membawa Spanyol memenangi Euro 2024. Namun ia akhirnya memilih tetap bertahan.
Flick lalu menggesernya agar bermain lebih ke kiri, bukan di kanan seperti yang biasa ia perankan di musim lalu. Ia juga dibiarkan bergerak bebas untuk melakukan cut-inside. Hasilnya terbukti bagus. Ia pun kini terbiasa dengan tekanan di Barcelona.
“Sepak bola takkan menyenangkan tanpa tekanan. Sepak bola harus ada sedikit tekanan. Saya selalu bermimpi bermain di klub besar, bermain di laga besar untuk timnas, dan Anda tak bisa mewujudkannya tanpa tekanan, itu datang sejalan (dengan mimpi besar).”
“Jadi, syukurlah, saya tidak membiarkan diri saya terbawa oleh pikiran-pikiran itu yang, pada akhirnya berakhir di kepala Anda saja. Saya hanya fokus bekerja keras dan beradaptasi dengan peran baru yang harus saya mainkan di lapangan,” jelas Raphinha.