24 Apr 2025, Thu

Dampak Kenaikan Harga Kedelai, Perajin Tempe Bekasi Ubah Ukuran Dan Kualitas

Nasional – Dalam dua pekan terakhir, harga kedelai impor mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan perajin tempe di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, yang harus memutar otak untuk tetap bertahan di tengah lonjakan biaya produksi.

Jika sebelumnya harga kedelai berada di kisaran Rp 8.400 per kilogram, kini harganya melonjak hingga mencapai Rp 10.000 hingga Rp 11.000 per kilogram.

Kenaikan harga kedelai, yang merupakan bahan baku utama pembuatan tempe, turut berdampak pada produk akhir.

Para perajin tempe Bekasi pun terpaksa melakukan penyesuaian, baik dari segi ukuran maupun kualitas tempe, demi menyeimbangkan biaya produksi yang meningkat.

Sanip (60), seorang perajin tempe Bekasi yang tinggal di Kampung Cabanglio RT 003 RW 004, Desa Karangasih, Kecamatan Cikarang Utara, mengungkapkan lonjakan harga kedelai sudah terjadi dalam beberapa pekan terakhir.

“Ya mulai merambah naik sih, dari harga standar tadi nya Rp 840.000 per kuintal, sekarang Rp 10.000 per kilogram. Tadinya berarti Rp 8.400 per kilogram. Saya kalau belanja itu kan per kuintal, kemungkinan akan naik terus,” kata Sanip saat ditemui di rumahnya, Minggu (20/4/2025).

Sanip menduga bahwa kenaikan ini dipicu oleh kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Mengingat sebagian besar kedelai impor berasal dari AS, maka perubahan kebijakan negara tersebut turut berdampak pada harga kedelai di Indonesia.

“Ya karena berita tarif itu. Sebenarnya kan belum berlaku ya kalau kata di berita itu, ditunda berapa hari itu ya, cuma dari sekarang sudah mulai mungkin persiapan kali ngadepin kenaikan yang akan datang itu,” ungkapnya.

Untuk menyiasati peningkatan harga kedelai, Sanip mengurangi takaran dan kualitas tempe yang ia produksi.

Ia juga terpaksa menyesuaikan harga jual, meskipun tidak terlalu besar, agar konsumen tidak lari.

Sebelumnya, tempe berukuran satu lonjor dengan berat 3 ons dijual seharga Rp 4.000, sedangkan ukuran 5 ons dibanderol Rp 6.000.

Kini, ia mengurangi takaran serta tidak mencuci kedelai sebersih sebelumnya guna menekan biaya produksi.

“Sekarang kita kurangin aja timbangan sama naikan harga. Ya gak terlalu banyak sih, takut pelanggan pada kabur, yang penting kita ada kelebihan lah sedikit,” kata Sanip.

Ia mengaku khawatir tren kenaikan harga kedelai ini akan terus berlanjut, mengingat pengalaman serupa beberapa tahun lalu ketika harga melonjak drastis.

Jika harga kedelai tidak kunjung normal, banyak perajin tempe Bekasi mungkin tidak mampu bertahan di tengah tekanan biaya yang tinggi.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *