Tue. Apr 18th, 2023

kabaraku.com

Berita Terkini, Sinopsis Film Terbaru 21, Olahraga Sepakbola

Berita Politik Baru – Ada Yang Ingin Memecah Internal PDIP

2 min read

Setelah Pileg, kian bergulir praktik kampanye negatif sehubungan pencalonan Jokowi menjadi presiden. Praktik kampanye negatif tersebut juga dilangsungkan dalam upayanya guna pecah belahkan pihak internal dari PDIP supaya tak puas terhadap Jokowi. Hal tersebut diungkap oleh seorang pengamat politik, Ari Dwipayana, hari Kamis (10/4/2014) lalu. Ia sempat menegaskan bahwa, sedangkan praktik kampanye negatif yang ia maksud yaitu, adanya pemberitaan yang keluar secara masif, menegaskan bahwa tidak ada Jokowi efek pada gelaran Pileg kemarin.

“Memang ada kampanye, skenarionya guna pecah belahkan PDIP. Mendorong adanya ketidakpuasan internal kepada Jokowi. Dan menekankan bahwa Jokowi tak ada efeknya kepada  partai,” katanya. Faktanya adalah, dilanjutkan Ari, terkait modal elektabilitas dari Jokowi menjadi calon presiden ada di kisaran 40 hingga 50 persen. Pemilih dari Jokowi, ia juga menegaskan bahwa, keluar dari berbagai partai, sedangkan hantaman negatif pada Jokowi serta PDIP bukanlah menurunkan tingkat dari elektabilitasnya, tetapi semakin memperkuat sentimentil antipartai.

“Dan itu berakibat pada pemilih Jokowi yang akhirnya memilih golput pada pileg 2014 serta akan semakin memperbesar angka dari golongan putih (golput) hingga 35 persen,” terang pengamat politik yang berasal dari Universitas Gadjah Mada tersebut. Ia meyakini, dalam pilpres nanti akan ada dukungan yang berasal dari pemilih yang mana bukanlah pemilih loyal dari partai politik. Dalam bermacam survei, lanjutnya,  menunjukkan bahwa pendukung dari Jokowi malah berasal dari sejumlah partai dari luar PDIP yang mana ia namakan dengan split ticket voting

Ari juga sepaham tempo yang diberikan oleh PDIP pada Jokowi guna lakukan sosialisasi terlalu singkat dan mengakibatkan pencapaian suara, menjadi tak optimal. Ari lalu bandingkan pada Prabowo Subianto yang menjadi capres serta ikon dari Partai Gerindra yang telah mulai disosialisasikan dari sebelum Pileg. Sedangkan Jokowi yang baru disosialisasikan pada 2 minggu pra Pileg 9 April 2014.

“Kondisi tersebut terjadi di saat Jokowi menjadi target dari segala macam kampanye negatif,  dan menurunkan tingkat elektabilitasnya. Sedangkan pihak lawan dari Jokowi tentu menjadi berharap, bahwa suara pemilih mengambang dan mudah goyah dapat bergeser yang dari Jokowi menuju partai mereka,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *