Nasional – Anak disabilitas mental yang koma usai diduga dikeroyok warga di Desa Tegalwaru, Karawang, Jawa Barat, dipindah ke RS Bayu Asih Purwakarta.
“Pasien R atas permintaan keluarga semalam dibawa pindah ke RSUD Bayu Asih Purwakarta. Biar lebih dekat dengan keluarga alasannya,” kata Humas RSUD Karawang Abdullah Luthfi saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Jumat (7/11/2025).
Luthfi menyebut kondisi terakhir anak disabilitas tersebut masih belum sadarkan diri. Bocah disabilitas berusia 15 tahun itu menderita luka parah pada bagian kepala yang disinyalir membuatnya tak sadarkan diri.
Diberitakan sebelumnya, seorang anak disabilitas berusia 15 tahun asal Purwakarta babak belur dihakimi massa di Desa Tegalwaru, Karawang, Jawa Barat. Kini anak tersebut dalam kondisi kritis.
Pekerja Sosial Ahli Pertama Dinas Kesehatan Karawang Asep Riyadi mengatakan, anak tersebut diantar ke RSUD Karawang pada Rabu (6/10/2015) sekitar pukul 04.00 WIB.
Awalnya dalam keterangan yang ia terima, anak tersebut disampaikan sebagai Mr. X. Namun, setelah dicek, ternyata anak disabilitas yang pernah ditangani Dinsos.
Keluarga anak disabilitas yang kritis usai dikeroyok di Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan Karawang, Jawa Barat, berharap ada yang bertanggung jawab atas apa yang dialami bocah itu.
Pesta Garleta, kakak korban, menyebutkan adiknya memang memiliki disabilitas mental dan sulit bicara dengan orang lain.
“Saya mohon bantuannya, saya dari keluarga juga seadanya, karena dia tidak ada ortunya, diangkat ibu saya dari kecil,” kata Pesta di RSUD Karawang, Kamis (6/11/2025).
Diketahui, karena disinyalir korban kejahatan, biaya pengobatan bocah disabilitas ini tidak ditanggung BPJS Kesehatan.
Adiknya kini dalam keadaan tak sadarkan diri. Dari luar tampak ada luka parah di paha dan kepala. Anak lelaki berusia 15 tahun itu menderita luka parah di bagian kepala.
Untuk bernapas, ia dibantu alat bantu pernapasan. Pesta mengatakan, dari keterangan polisi, adiknya kedapatan hendak membuka pintu dan masuk ke rumah warga.
“Kemarin masuk lagi ke rumah orang, ditanya tidak jawab-jawab, akhirnya dikeroyok,” kata Pesta.
Adiknya, kata Pesta, sejak kecil memang suka kabur atau pergi dari rumah tanpa memberi tahu.
Di Purwakarta, kata dia, warga sudah tahu perihal adiknya yang disabilitas sehingga jika masuk rumah orang sudah bisa diantisipasi.
“Pernah kabur ke Karawang, diamankan di rumah (singgah) Dinsos,” kata Pesta.
Meski berstatus anak disabilitas, adik Pesta tercatat sebagai siswa kelas VII salah satu sekolah luar biasa (SLB) di Purwakarta. Dari surat keterangan dari sekolah, anak tersebut mengalami tunagrahita.
