Nasional – Sejumlah warga kampung nelayan di pesisir Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terpaksa mengungsi akibat gelombang tinggi dan banjir rob yang terjadi setiap hari. Mereka meninggalkan rumah serta harta benda demi mencari tempat yang lebih aman.
Gelombang setinggi tiga meter disertai angin kencang menerjang permukiman nelayan di Lingkungan Mangeramba, Kelurahan Takatidung. Ombak yang menghantam tanggul pemecah gelombang menyebabkan kerusakan parah pada rumah warga, terutama di bagian dinding, teras, dan atap.
“Banyak rumah warga rusak. Tiang-tiangnya patah dihantam gelombang tinggi. Karena membahayakan aktivitas melaut, kita terpaksa beristirahat sampai cuaca membaik lagi,” kata Amirullah, seorang nelayan, Minggu (2/2/2025).
Untuk mengurangi dampak kerusakan, warga membuat tanggul darurat dari karung berisi pasir yang dijejer di depan rumah mereka. Namun, sebagian warga tetap memilih mengungsi karena kondisi yang tidak aman dan nyaman saat banjir rob serta gelombang tinggi menerjang.
Lurah Takatidung, Muhammad Albar, mengatakan kondisi ini telah berlangsung selama lebih dari sepekan dan merupakan siklus tahunan yang biasanya terjadi sejak awal tahun hingga Februari. Pihaknya telah melaporkan kejadian ini kepada pemerintah kabupaten dan BPBD setempat.
“Kita berharap pemerintah segera membangun tanggul pemecah ombak yang lebih kokoh agar warga bisa hidup lebih tenang dan nyaman,” ujar Albar.
Selain merusak permukiman, kondisi cuaca buruk ini juga berdampak pada aktivitas nelayan yang tidak berani melaut akibat tingginya gelombang. Banyak nelayan hanya bisa membenahi perahu dan alat tangkap mereka sambil menunggu cuaca kembali normal.
Di sepanjang pesisir pantai, sejumlah perahu nelayan tampak ditambatkan di tengah laut atau diangkat ke daratan untuk menghindari hempasan ombak. Para nelayan berharap kondisi ini segera membaik agar mereka bisa kembali melaut dan mencari nafkah.