Nasional – Di balik tragedi ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, terselip kisah haru dua saudara kandung asal Surabaya yang menjadi korban selamat Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo. Mereka adalah Lukman Hakim (17) dan adiknya, Taufan Saputra Dewa (13).
Keduanya berhasil selamat dengan cara berbeda. Lukman lolos dari musibah karena tidak mengikuti salat berjemaah di musala yang ambruk, sementara Taufan harus berjuang hidup selama 3 hari di bawah reruntuhan sebelum akhirnya berhasil dievakuasi.
Taufan Saputra Dewa dievakuasi oleh tim SAR gabungan pada Rabu (1/10/2025) malam, 3 hari setelah bangunan ponpes runtuh.
Saat ditemukan, ia masih dalam keadaan selamat meski lemah, lalu segera dilarikan ke RSUD Sidoarjo untuk mendapat perawatan intensif. Hingga Jumat (3/10/2025), kondisinya berangsur pulih tetapi belum diizinkan pulang.
Selama 3 hari terjebak, Taufan bertahan hidup dengan posisi terlentang di antara reruntuhan. Beruntung, material beton tidak menimpa tubuhnya secara langsung.
Tim penyelamat hanya menemukan celah kecil untuk menyalurkan suplai oksigen, air minum lewat selang, dan sepotong roti agar Taufan serta belasan santri lain yang masih hidup bisa bertahan hingga evakuasi.
Sementara itu, sang kakak Lukman Hakim selamat karena tidak berada di dalam musala saat kejadian. Lukman yang merupakan santri lama tidak diwajibkan mengikuti salat berjemaah bersama santri baru. Perbedaan materi pembelajaran membuatnya selamat dari tragedi.
Tante keduanya, Soimah membenarkan bahwa kedua keponakannya yang mondok di Ponpes Al-Khoziny sama-sama selamat, meski dengan cara berbeda.
“Kalau Taufan berhasil diselamatkan tim SAR di hari ketiga pencarian, saat ini masih dirawat di RSUD Sidoarjo. Kalau kakaknya, Lukman Hakim, selamat karena tidak ikut salat berjamaah di bangunan yang runtuh itu,” jelas Soimah, Jumat (3/10/2025).
Lukman Hakim dan Taufan Saputra Dewa merupakan anak kedua dan ketiga dari empat bersaudara. Saat ini Lukman duduk di bangku kelas 2 SMA, sedangkan Taufan baru menginjak kelas 1 SMP.
Keduanya adalah santri Ponpes Al-Khoziny, salah satu pondok pesantren tertua di Sidoarjo bahkan Jawa Timur.
Bahkan, keluarga besar mereka memiliki tradisi mondok di Ponpes Al-Khoziny, sehingga tragedi runtuhnya bangunan ini menjadi duka mendalam bagi keluarga sekaligus masyarakat luas.
Meski duka belum sepenuhnya sirna, keluarga besar berharap kondisi Taufan segera membaik dan Lukman bisa kembali beraktivitas normal. Kisah kakak-beradik ini menjadi secercah harapan di tengah tragedi ambruknya ponpes yang menelan banyak korban.
