Nasional – Syamsul Herawadi, ayah almarhum Brigadir Esco Fasca Rely, mendesak pihak kepolisian segera mengungkap kasus kematian anaknya dan menangkap pelaku pembunuhan.
Kematian Brigadir Esco dinilai janggal oleh keluarga, terutama karena terdapat bekas luka di wajah dan tubuh korban.
Jenazah Brigadir Esco ditemukan dalam kondisi leher terikat tali di sebuah kebun kosong di kaki bukit, tidak jauh dari rumahnya di Desa Nyiur Lembang, Kabupaten Lombok Barat, NTB, pada Minggu (24/8/2025).
“Tuntutan saya sebagai orangtua adalah agar kasus ini segera terungkap dan pelaku ditindak seadil-adilnya sesuai dengan keadaan anak saya,” ungkap Syamsul Herawadi pada Kamis (4/9/2025).
Hasil otopsi menunjukkan, motif kematian Brigadir Esco diduga adalah pembunuhan, bukan bunuh diri.
Syamsul mengaku sangat terpukul saat melihat kondisi jenazah anaknya di ruang otopsi RS Bhayangkara, sehari setelah penemuan jenazah.
“Saya enggak kuat, saya enggak mampu. Sempat saya lihat mukanya sudah tidak ada, mukanya tidak ada tinggal tengkorak,” ujar Syamsul.
Sebelum jenazahnya ditemukan, Brigadir Esco sempat hilang kontak.
Komunikasi terakhir dengan adiknya terjadi enam hari sebelum penemuan jenazah, di mana Esco mengeluh sakit asam lambung. Ibu dan ayah Esco sempat menjenguknya dan mendapati bahwa kondisi anaknya sudah membaik dan berencana untuk piket pada hari Selasa.
Namun, setelah Selasa malam, Esco hilang kontak, dan nomor ponselnya tidak aktif. Keluarga Esco pun mencari ke beberapa lokasi untuk menemukan keberadaan anaknya, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
Hingga Minggu (24/8/2025) siang, jenazah seorang pria ditemukan di kebun kosong dengan leher terikat tali, yang kemudian diidentifikasi sebagai Brigadir Esco.
Terkait kasus ini, kuasa hukum keluarga Esco, Lalu Anton Hariawan menyatakan, pihaknya meminta agar ponsel Brigadir Esco segera diekstrak untuk mengetahui riwayat komunikasi korban.
“Kalau ponsel korban terkunci, bisa diekstrak ponsel keluarga untuk mengetahui siapa yang berkomunikasi terakhir dengan almarhum sebelum kejadian itu,” jelas Lalu Anton.
Saat ini, ada tujuh tim pengacara yang resmi mendampingi keluarga Brigadir Esco untuk mengawal kasus kematian yang dinilai janggal ini.
Pihaknya juga bersiap menghadirkan saksi-saksi yang diharapkan dapat membantu mengungkap kasus ini. “Ada beberapa saksi yang akan kami ajukan kepada penyidik,” kata Lalu Anton.
Dia menambahkan, tim penyidik telah bekerja secara profesional dalam penanganan kasus ini dan telah menaikkan status dari penyelidikan menjadi penyidikan.
“Kami meminta kepada penyidik agar segera menetapkan status sebagai tersangka, jangan ditunda agar tidak menjadi bola liar,” tutup Anton.
