Nasional – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pendakian di Gunung Rinjani. Langkah ini diambil menyusul insiden tragis yang menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang tewas usai terjatuh ke jurang sedalam 600 meter.
“Tentunya kami juga sudah sampaikan kepada keluarga korban, kami akan coba memperbaiki dari sisi regulasi terkait proses pendakian dari turis luar maupun domestik yang ada, agar Rinjani tentunya menjadi destinasi dunia,” ujar Wakil Gubernur NTB Indah Dhamayanti saat konferensi pers di RS Bhayangkara Mataram, Kamis (26/6/2025), dilansir dari Antara.
Pemerintah daerah juga akan menyusun regulasi baru guna meminimalisir risiko kecelakaan bagi pendaki, baik lokal maupun mancanegara, dengan menggandeng pihak-pihak terkait.
“Kami akan meminimalisir ini, kejadian ini tidak boleh terulang kembali. Jadi, saya harapkan dukungan dari media juga agar menyampaikan hal-hal ini agar menjadi perbaiki ke depannya,” lanjutnya.
Terkait proses evakuasi jenazah yang dinilai lamban, Indah menegaskan bahwa kendala utama berasal dari cuaca ekstrem dan medan geografis yang sulit, bukan karena kurangnya kesiapan tim SAR.
“Mohon dibantu agar bisa diluruskan pemberitaan yang mungkin salah, karena kita ketahui bersama yang kita dapatkan, tim langsung bergerak menuju ke lokasi, tetapi karena faktor cuaca dan geografis medan yang ada di Gunung Rinjani, yang berubah-ubah pada setiap waktu agak mempersulit evakuasi yang ada,” katanya.
Sejak informasi pertama diterima, menurutnya, Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal telah mengupayakan bantuan helikopter dari PT Amman Mineral untuk mempercepat evakuasi.
“Tetapi, itu tadi, kendala cuaca, kemudian Brimob, komandan Brimob langsung memimpin evakuasi bersama Basarnas. Itu adalah perjuangan semua pihak, keluarganya sangat memahami setelah melihat cuaca di Sembalun,” ujar Indah.
Juliana Marins dilaporkan jatuh di lereng Gunung Rinjani pada Sabtu, 21 Juni 2025. Pencarian dilakukan oleh tim gabungan hingga akhirnya jenazah berhasil ditemukan pada Selasa, 24 Juni, di kedalaman sekitar 600 meter dari titik kehilangan jejak (lost known position/LKP).
Karena cuaca yang tak mendukung, proses evakuasi tidak dapat dilakukan dengan helikopter. Jenazah akhirnya ditandu dari Pelawangan menuju Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), dekat pintu masuk jalur pendakian.