Kesehatan – Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi-Onkologi Medik, dr. Rahmat Cahyanur, Sp.PD-KHOM, mengungkapkan bahwa talasemia adalah kelainan darah merah yang diturunkan dari orangtua kepada anak.
Pada penderita talasemia, sel darah merah tidak terbentuk sempurna dan mudah pecah, sehingga kadar hemoglobin (Hb) menjadi rendah dan menimbulkan gejala anemia seperti lemas, pucat, dan mudah lelah.
Menurut Rahmat, meskipun pasien sudah menjalani transfusi darah secara rutin dan kadar hemoglobinnya terlihat stabil, pemantauan berkala tetap sangat penting.
“Komplikasi talasemia bisa muncul diam-diam, tanpa gejala awal. Pemeriksaan rutin seperti skrining hepatitis dan evaluasi fungsi jantung perlu dilakukan untuk mencegah risiko yang lebih berat,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (2/6/2025).
Dokter Spesialis Anak Konsultan Hematologi-Onkologi, dr. Ludi Dhyani Rahmartani, Sp.A(K), menjelaskan bahwa talasemia terdiri atas beberapa tipe, dan salah satunya adalah talasemia mayor, yang membutuhkan transfusi darah seumur hidup.
Penyakit ini sering kali tidak disadari sejak dini karena pembawa sifat talasemia (talasemia minor) umumnya tidak menunjukkan gejala.
“Pasangan yang sama-sama membawa sifat talasemia berisiko memiliki anak dengan talasemia mayor. Oleh karena itu, pemeriksaan darah untuk skrining sangat disarankan sebelum menikah, terutama jika memiliki riwayat keluarga dengan talasemia,” kata Ludi.
Ia menambahkan, anak dengan talasemia mayor bisa menjalani hidup aktif seperti anak lainnya asalkan rutin menjalani transfusi darah dan meminum obat kelasi besi untuk menghindari penumpukan zat besi di organ vital.
Target Hb sebelum transfusi adalah 9–10,5 g/dL dan setelah transfusi mencapai 12–14 g/dL. Kedua dokter sepakat bahwa komplikasi pada pasien talasemia dapat muncul semakin nyata saat memasuki usia remaja dan dewasa.
Jika tidak ditangani dengan baik, penderita bisa mengalami berbagai masalah kesehatan seperti pembesaran limpa dan hati, gangguan pertumbuhan, pubertas terlambat, perubahan bentuk wajah khas (Facies Cooley), gangguan tulang, serta risiko gagal jantung.
“Penumpukan zat besi akibat transfusi darah berulang dapat merusak organ seperti jantung dan hati. Maka dari itu, kepatuhan minum obat kelasi besi sangat krusial,” ujar Ludi.
Talasemia merupakan penyakit genetik serius yang perlu dikenali sejak dini melalui skrining, terutama bagi calon pasangan menikah. Meski belum dapat disembuhkan, pasien tetap bisa menjalani hidup produktif dengan pengelolaan yang tepat.
Pemeriksaan rutin dan kepatuhan terhadap terapi menjadi kunci untuk mencegah komplikasi jangka panjang. Masyarakat diimbau untuk lebih peduli terhadap riwayat kesehatan keluarga dan tidak ragu melakukan konsultasi medis jika memiliki risiko bawaan.