18 Apr 2025, Fri

31 Warga NTT Tewas Dimangsa Buaya Dalam 6 Tahun Terakhir

Nasional – Dalam kurun waktu 6 tahun, sebanyak 31 warga Nusa Tenggara Timur (NTT) tewas akibat diterkam buaya.

“Angka itu tercatat dari tahun 2019 hingga bulan Februari 2025,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT, Arief Mahmud, kepada Kompas.com, Rabu (26/2/2025).

Selain 31 orang meninggal, lanjut Arief, 28 warga lainnya juga mengalami luka hingga cacat permanen.

“Jadi, jumlah korban konflik buaya di NTT itu totalnya ada 59 orang. 31 orang meninggal, 28 orang luka hingga cacat. Itu dalam enam tahun terakhir,” ujar Arief.

Arief mengatakan, 59 korban itu berasal dari 10 kabupaten dan satu kota.

Korban paling banyak, kata dia, berasal dari Kabupaten Kupang, yakni 18 orang.

Kemudian, Kabupaten Malaka sembilan orang, Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Timur, masing-masing tujuh orang, dan Kabupaten Lembata enam orang.

Kemudian, Kabupaten Timor Tengah Selatan lima orang, Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Belu masing-masing dua orang.

Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, dan Kota Kupang, masing-masing satu orang.

Arief menyebut, sebagian besar korban diserang buaya saat mencari ikan di laut, sungai, maupun muara. Sedangkan sisanya, diterkam saat mengambil air, mandi, dan mencuci pakaian di sungai.

“Pada awal tahun 2025, BBKSDA NTT telah menerima setidaknya lima laporan munculnya buaya yang berpotensi mengakibatkan konflik dan korban di kedua belah pihak,” kata Arief.

Terkait kejadian itu, Arief menginformasikan kepada seluruh masyarakat bahwa pada musim hujan, air sungai akan meluap dan telah membuka kesempatan buaya memasuki sungai ke arah daratan atau hulu.

Sehingga dia mengimbau masyarakat yang beraktivitas di perairan sungai maupun muara agar selalu waspada.

Dia berpesan agar menghindari lokasi-lokasi yang selama ini sudah diketahui merupakan tempat hidup buaya dan yang sudah dipasang papan peringatan hati-hati buaya.

Jika terpaksa harus melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci di sungai, usahakan membangun pagar di pinggir sungai untuk mencegah buaya mendekat.

“Upaya ini berhasil dilakukan di Afrika dan beberapa negara lain,” ungkap Arief.

Masyarakat yang selama ini bekerja sebagai nelayan agar lebih berhati-hati, terutama yang melakukan penangkapan dengan pukat.

Karena nelayan yang menangkap dengan pukat tercatat sebagai korban tertinggi. “Jika Anda merupakan pemancing atau wisatawan, bertanyalah kepada masyarakat setempat terkait keamanan lokasi,” kata dia.

Termasuk juga, menghindari untuk turun pada perairan yang tidak diketahui ada atau tidak ada buaya. Kemudian, saat berperahu, hindari menurunkan anggota tubuh ke air.

“Kita juga minta masyarakat melapor kepada pemerintah atau kepolisian setempat saat melihat buaya pada area publik,” ujar dia.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *